Nama | Muhammad bin Abdullah |
Garis Keturunan Ayah | Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ismail as ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya'rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma'ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar ⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu'ay ⇒ Ka'ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒ Hasyim ⇒ Abdul Muthalib ⇒ Abdullah ⇒ Muhammad saw |
Garis Keturunan Ibu | Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ismail as ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya'rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma'ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar ⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu'ay ⇒ Ka'ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒ Wahab ⇒ Aminah ⇒ Muhammad saw |
Usia | 62 tahun |
Periode sejarah | 570 - 632 M |
Tempat diutus (lokasi) | Mekah al-Mukarramah |
Jumlah keturunannya (anak) | 7 anak (3 laki-laki, 4 perempuan) |
Tempat wafat | Madinah an-Nabawiyah |
Sebutan kaumnya | Bangsa Arab |
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak | 25 kali secara jelas |
Disadari atau tidak, wujud Tuhan pasti dirasakan oleh jiwa manusia baik redup atau benderang. Manusia menyadari bahwa suatu ketika dirinya akan mati.
Kesadaran ini mengantarkannya kepada pertanyaan tentang apa yang akan
terjadi sesudah kematian, bahkan menyebabkan manusia berusaha memperoleh
kedamaian dan keselamatan di negeri yang tak dikenal itu.
Wujud Tuhan yang dirasakan,
serta hal-ihwal kematian, merupakan dua dari sekian banyak faktor
pendorong manusia untuk berhubungan dengan Tuhan dan memperoleh
informasi yang pasti. Sayangnya tidak semua manusia mampu melakukan hal
itu. Namun, kemurahan Allah menyebabkan-Nya memilih manusia tertentu
untuk menyampaikan pesan-pesan Allah, baik untuk periode dan masyarakat
tertentu maupun untuk seluruh manusia di setiap waktu dan tempat. Mereka yang mendapat tugas itulah yang dinamai Nabi (penyampai berita) dan Rasul (Utusan Tuhan).
"Tidak
satu umat (kelompok masyarakat) pun kecuali telah pernah diutus
kepadanya seorang pembawa peringatan" (QS Fathir [35]: 24)
Al-Quran juga menyatakan kepada Nabinya bahwa,
"Kami
telah mengutus nabi-nabi sebelum kamu, di antara mereka ada yang telah
kami sampaikan kisahnya, dan ada pula yang tidak Kami sampaikan
kepadamu" (QS Al-Mu'min [40]: 78)
Al-Quran menyebutkan secara tegas nama dua
puluh lima Nabi/Rasul; delapan belas di antaranya disebutkan dalam
Al-Quran surat Al-An'am (6): 83-86, sisanya didapatkan dari berbagai
ayat.
Nabi Muhammad saw
seperti dinyatakan Al-Quran surat Al-A'raf (7): 158 -diutus kepada
seluruh manusia, dan beliau merupakan khataman nabiyyin (penutup para
nabi) (QS Al-Ahzab [33]: 40).
Masa Prakelahiran
Al-Quran menegaskan bahwa para nabi telah pernah diangkat janjinya untuk percaya dan membela Nabi Muhammad saw
"Dan
ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dan para Nabi, 'Sungguh apa
saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang
kepadamu seorang Rasul (Muhammad) yang membenarkan kamu, niscaya kamu
sungguh-sungguh akan beriman kepadanya dan menolongnya.' Allah
berfirman, 'Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku yang
demikian itu?' Mereka menjawab, 'Kami mengakui.'" (QS Ali'Imran [3]: 81)
Allah SWT telah merencanakan
sesuatu untuk Nabi Muhammad saw, jauh sebelum kelahiran beliau. Karena
itu pula sementara pakar menyatakan bahwa kematian ayah beliau sebelum
kelahiran, kepergiannya ke pedesaan menjauhi ibunya, serta
ketidakmampuannya membaca dan menulis merupakan strategi yang
dipersiapkan Tuhan kepada beliau untuk dijadikan utusan-Nya kepada
seluruh umat manusia kelak.
Bahkan ulama lain meyakini bahwa pemilihan
hal-hal tertentu berkaitan dengan beliau bukanlah kebetulan. Misalnya
bulan lahir, hijrah, dan wafatnya pada bulan Rabi'ul Awal (musim bunga).
Nama beliau Muhammad (yang terpuji), ayahnya Abdullah (hamba Allah),
ibunya Aminah (yang memberi rasa aman), kakeknya yang bergelar Abdul
Muththalib bernama Syaibah (orang tua yang bijaksana), sedangkan yang
membantu ibunya melahirkan bernama Asy-Syifa' (yang sempurna dan sehat),
serta yang menyusukannya adalah Halimah As-Sa'diyah (yang lapang dada
dan mujur). Semuanya mengisyaratkan keistimewaan berkaitan dengan
Nabi Muhammad saw Makna nama-nama tersebut memiliki kaitan yang erat
dengan kepribadian Nabi Muhammad saw
Al-Quran surat Al-A'raf (7):
157 juga menginformasikan bahwa Nabi Muhammad saw pada hakikatnya
dikenal oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Hal ini antara lain
disebabkan mereka mendapatkan (nama)-nya tertulis di dalam Taurat dan
Injil (QS Al-A'raf [7]: 157).
Menurut pakar agama Islam, yang
ditegaskan oleh Al-Quran itu, dapat terbaca antara lain dalam Pertanjian
Lama, Kitab Ulangan 33 ayat 2:
"...
bahwa Tuhan telah datang dari Torsina, dan telah terbit untuk mereka
itu dari Seir, kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya dari gunung
Paran."
Pemahaman mereka berdasarkan
analisis berikut: "Gunung Paran" menurut Kitab Pertanjian Lama, Kejadian
ayat 21, adalah tempat putra Ibrahim -yakni Nabi Ismail- bersama ibunya
Hajar memperoleh air (Zam-Zam). Ini berarti bahwa tempat tersebut adalah Makkah, dan dengan demikian yang
tercantum dalam Kitab Ulangan di atas mengisyaratkan tiga tempat
terpancarnya cahaya wahyu Ilahi: Thur Sina tempat Nabi Musa a.s., Seir
tempat Nabi Isa a.s. , dan Makkah tempat Nabi Muhammad saw. Sejarah
membuktikan bahwa beliau satu-satunya Nabi dari Makkah.
Karena itu pula wajar jika
Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 146 menyatakan bahkan mereka itu
mengenalnya (Muhammad saw), sebagaimana mereka mengenal anak-anak
mereka, bahkan salah seorang penganut agama Yahudi yang kemudian masuk
Islam, yaitu Abdullah bin Salam pernah berkata, "Kami lebih mengenal dan
lebih yakin tentang kenabian Muhammad saw daripada pengenalan dan
keyakinan kami tentang anak-anak kami. Siapa tahu pasangan kami
menyeleweng."
Masa Prakenabian
Ada beberapa ayat Al-Quran yang berbicara tentang Nabi Muhammad saw sebelum kenabian beliau. Antara lain,
"Bukankah
Dia (Tuhan) mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu,
dan Dia mendapatimu bimbang, lalu Dia memberi petunjuk kepadamu, dan Dia
mendapatimu dalam keadaan kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan?"
(QS Al-Dhuha [93]: 6-8)
Beliau yatim sejak di dalam
kandungan, kemudian dipelihara dan dilindungi oleh paman dan kakeknya.
Beliau hidup di dalam keresahan dan kebimbangan melihat sikap
masyarakatnya, lalu Allah memberinya petunjuk, dan mengangkatnya sebagai
Nabi dan Rasul. Beliau hidup miskin karena ayahnya tidak meninggalkan
warisan untuknya, kecuali beberapa ekor kambing dan harta lainnya yang
tidak berarti. Tetapi Allah memberinya kecukupan, khususnya menjelang dan saat hidup berumah tangga dengan istrinya, Khadijah a.s.
Ayat lain yang oleh ulama
dianggap berbicara tentang Nabi Muhammad saw pada masa kanak-kanaknya,
adalah surat Alam Nasyrah ayat pertama:
"Bukankah Kami (Tuhan) telah melapangkan dada untukmu?"
Sebagian ulama mengartikan kata
nasyrah dengan "memotong/membedah." Memang, bila dikaitkan dengan
sesuatu yang bersifat materi, artinya demikian. Apabila dikaitkan dengan
sesuatu yang bersifat nonmateri, kata itu mengandung arti membuka,
memberi pemahaman, menganugerahkan ketenangan dan semaknanya. Yang
mengaitkan dengan hal-hal materi berpendapat bahwa ayat ini berbicara
tentang "pembedahan" yang pernah dilakukan oleh para malaikat terhadap
Nabi Muhammad saw kala beliau remaja. Pendapat ini antara lain
dikemukakan oleh mufasir An -Naisaburi.
Tetapi sepanjang penelitian
Prof. Dr. M. Quraish Shihab, kata tersebut dengan berbagai bentuknya
terulang sebanyak 5 kali, dan tidak satu pun yang digunakan dengan arti
harfiah, apalagi bermakna pembedahan. Akan lebih jelas lagi jika hal itu
disejajarkan dengan ayat yang berbicara tentang doa Nabi Musa a.s. di
dalam Al-Quran.
"Wahai
Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah untukku urusanku dan
lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku" (QS
Thaha [20]: 25-28)
Selanjutnya Al-Quran menegaskan
bahwa Nabi Muhammad saw tidak pernah membaca satu kitab atau menulis
satu kata sebelum datangnya wahyu Al-Quran.
"Engkau
tidak pernah membaca satu kitab pun sebelumnya (Al-Quran), tidak juga
menulis satu tulisan dengan tanganmu, (andai kata kamu pernah membaca
dan menulis) pasti akan benar-benar ragulah orang yang mengingkari-(mu)"
(QS Al-'Ankabut [29]: 48).
Ayat ini secara pasti menyatakan
bahwa beliau saw adalah orang yang tidak pandai membaca dan menulis.
Banyak ulama yang memahami bahwa kendatipun kemudian Nabi saw
menganjurkan umatnya belajar membaca dan menulis, namun beliau sendiri
tidak melakukannya, karena Allah SWT ingin menjadikan beliau sebagai
bukti bahwa informasi yang diperolehnya benar-benar bukan bersumber dari
manusia, melainkan dari Allah SWT
Ada juga ulama yang memahami
bahwa ketidakmampuan beliau membaca hanya terbatas sampai sebelum
terbukti kebenaran ajaran Islam. Setelah kebenaran Islam terbukti
-setelah hijrah ke Madinah- beliau telah pandai membaca. Menurut
pendukungnya ide ini dikuatkan antara lain oleh kata "sebelumnya" yang
terdapat pada ayat di atas.
Memang, kata ummi hanya
ditemukan dua kali dalam Al-Quran (QS Al-A'raf [7] 157 dan 158), dan
keduanya menjadi sifat Nabi Muhammad saw Memang kedua ayat itu turun di
Makkah, meskipun ada juga ayat lain yang turun di Madinah menyatakan,
"Dia (Allah) yang mengutus kepada masyarakat ummiyyin (buta huruf), seorang Rasul di antara mereka" (QS Al-Jum'ah [62]: 2)
Di sisi lain, harus disadari
bahwa masyarakat beliau ketika itu menganggap kemampuan menulis sebagai
bukti kelemahan seseorang.
Pada
masa itu sarana tulis-menulis amat langka, sehingga masyarakat amat
mengandalkan hafalan. Seseorang yang menulis dianggap tidak memiliki
kemampuan menghafal, dan ini merupakan kekurangan. Penyair Zurrummah
pernah ditemukan sedang menulis, dan ketika ia sadar bahwa ada orang
yang melihatnya, ia bermohon: "Jangan beri tahu siapa pun, karena ini
(kemampuan menulis) bagi kami adalah aib."
Memang, nilai-nilai dalam
masyarakat berubah, sehingga apa yang dianggap baik pada hari ini, boleh
jadi sebelumnya dinilai buruk. Pada masa kini kemampuan menghafal tidak
sepenting masa lalu, karena sarana tulis-menulis dengan mudah
diperoleh.
Berkenalan dengan Khadijah
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan secepatnya tentang kejujuran dan sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa bisnis perdagangan telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan secepatnya tentang kejujuran dan sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa bisnis perdagangan telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Seseorang yang telah
mendengar tentang anak muda yang sangat dipercaya dengan adalah seorang
janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status
tinggi di suku Arab dan Khadijah sering pula mengirim barang dagangan
ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuatnya
terpesona sehingga membuat Khadijah memintanya untuk membawa serta
barang-barang dagangannya dalam perdagangan. Muhammad dijanjikan
olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan dengan
sekembalinya Muhammad dengan keuntungan yang lebih dari biasanya.
Akhirnya,
Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah kemudian mereka menikah. Pada
saat itu Muhammad berusia 25 tahun sedangkan Khadijah mendekati umur
40 tahun, tetapi ia masih memiliki kecantikan yang menawan. Perbedaan
umur yang sangat jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah,
tidak menjadi halangan bagi mereka, karena pada saat itu suku Quraisy
memiliki adat dan budaya yang lebih menekankan perkawinan dengan gadis
ketimbang janda. Walaupun harta kekayaan mereka semakin bertambah,
Muhammad tetap sebagai orang yang memiliki gaya hidup sederhana, ia
lebih memilih untuk mendistribusikan keuangannya kepada hal-hal yang
lebih penting.
Nabi Muhammad Memperoleh Gelar
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia bersatu dengan orang-orang Quraisy dalam perbaikan Ka’bah. Ia pula yang memberi keputusan di antara mereka tentang peletakan Hajar al-Aswad di tempatnya. Saat itu ia sangat masyhur di antara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya “orang yang dapat dipercaya”.
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia bersatu dengan orang-orang Quraisy dalam perbaikan Ka’bah. Ia pula yang memberi keputusan di antara mereka tentang peletakan Hajar al-Aswad di tempatnya. Saat itu ia sangat masyhur di antara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya “orang yang dapat dipercaya”.
Diriwayatkan
pula bahwa Muhammad percaya sepenuhnya dengan ke-Esaan Tuhan. Ia hidup
dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan
sombong. Ia menyayangi orang-orang miskin, para janda dan anak-anak
yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia
juga menghindari semua kejahatan yang biasa di kalangan bangsa Arab
pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar
dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang memiliki
arti “yang benar”.
Kerasulan Nabi Muhammad
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira’ sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut dan di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira’ sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut dan di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Pada
suatu malam sekitar tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611, ketika
Muhammad sedang bertafakur di Gua Hira’, Malaikat Jibril mendatanginya.
Jibril membangkitkannya dan menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Ia
diminta membaca. Ia menjawab, “Saya tidak bisa membaca”. Jibril
mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya
tetap sama. Akhirnya, Jibril berkata:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq 96: 1-5)
Ini
merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad. Ketika itu ia
berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun kamariah
(penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut
perhitungan tahun syamsiah (penanggalan berdasarkan matahari). Setelah
pengalaman luar biasa di Gua Hira tersebut, dengan rasa ketakutan dan
cemas Muhammad pulang ke rumah dan berseru pada Khadijah untuk
menyelimutinya, karena ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin
secara bergantian. Setelah hal itu lewat, ia menceritakan pengalamannya
kepada sang istri.
Untuk lebih
menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad mendatangi
saudara sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal, yang banyak mengetahui
nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi.
Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia
telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah
menyebutkan bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang
kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan
memusuhi dan melawannya.
Wahyu
turun kepadanya secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun.
Wahyu tersebut telah diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad,
dan dikumpulkan dalam kitab bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al-
Qur??n (bacaan). Kebanyakan ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas,
sedangkan sebagiannya diterjemahkan dan dihubungkan dengan ayat-ayat
yang lain. Sebagian ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh Muhammad
sendiri melalui percakapan, tindakan dan persetujuannya, yang terkenal
dengan nama As-Sunnah. Al-Quran dan As-Sunnah digabungkan bersama
merupakan panduan dan cara hidup bagi “mereka yang menyerahkan diri
kepada Allah”, yaitu penganut agama Islam.
Nabi Muhammad Mendapatkan Pengikut
Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail masuk Islam dan bergabung membela Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun.
Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail masuk Islam dan bergabung membela Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun.
Akibat
halangan dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah, sebagian orang Islam
disiksa, dianiaya, disingkirkan dan diasingkan. Penyiksaan yang dialami
hampir seluruh pengikutnya membuat lahirnya ide berhijrah (pindah) ke
Habsyah. Negus, raja Habsyah, memperbolehkan orang-orang Islam
berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di
Mekkah. Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Madinah, kota yang
berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.
Nabi Muhammad Hijrah ke Madinah
Di Mekkah terdapat Ka’bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka’bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad) dan orang-orang Islam Mekkah.
Di Mekkah terdapat Ka’bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka’bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad) dan orang-orang Islam Mekkah.
Tahun
berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke
Mekkah. Mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya.
Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut
Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang
orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. Muhammad akhirnya
setuju untuk berhijrah ke kota itu.
Mengetahui
bahwa banyak masyarakat Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat
jahiliyah Mekkah berusaha menghalang-halanginya, karena beranggapan
bahwa bila dibiarkan berhijrah ke Yathrib, orang-orang Islam akan
mendapat peluang untuk mengembangkan agama mereka ke daerah-daerah yang
lain. Setelah berlangsung selama kurang lebih dua bulan, masyarakat
Islam dari Mekkah pada akhirnya berhasil sampai dengan selamat ke
Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah atau “Madinatun Nabi”
(kota Nabi).
Di Madinah,
pemerintahan (kalifah) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad.
Umat Islam bebas beribadah (salat) dan bermasyarakat di Madinah.
Quraish Makkah yang mengetahui hal ini kemudian melancarkan beberapa
serangan ke Madinah, akan tetapi semuanya dapat diatasi oleh umat
Islam. Satu perjanjian damai kemudian dibuat dengan pihak Quraish.
Walaupun demikian, perjanjian itu kemudian diingkari oleh pihak Quraish
dengan cara menyerang sekutu umat Islam.
Penaklukan Mekkah
Pada
tahun ke-8 setelah berhijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke
Makkah dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah
yang khawatir kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa
perlawanan, dengan syarat Muhammad kembali pada tahun berikutnya.
Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali maka
ia menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad memimpin umat Islam
menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling
Ka’bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan
agama Islam di kota Mekkah.
Mukjizat Nabi Muhammad
Seperti nabi dan rasul sebelumnya, Muhammad diberikan irhasat (pertanda) akan datangnya seorang nabi, seperti yang diyakini oleh umat Muslim telah dikisahkan dalam beberapan kitab suci ajaran samawi, kemudian dikisahkan pula terjadi pertanda pada masa didalam kandungan, masa kecil dan remaja. Kemudian Muhammad diyakini diberikan mukjizat selama kenabiannya.
Seperti nabi dan rasul sebelumnya, Muhammad diberikan irhasat (pertanda) akan datangnya seorang nabi, seperti yang diyakini oleh umat Muslim telah dikisahkan dalam beberapan kitab suci ajaran samawi, kemudian dikisahkan pula terjadi pertanda pada masa didalam kandungan, masa kecil dan remaja. Kemudian Muhammad diyakini diberikan mukjizat selama kenabiannya.
Dalam syariat
Islam, mukjizat terbesar Muhammad adalah Al-Qur’an, karena pada masa
itu bangsa Arab memiliki kebudayaan sastra yang cukup tinggi dan
Muhammad sendiri adalah orang yang buta huruf, yang diyakini oleh umat
muslim mustahil dikarang olehnya. Selain itu, Muhammad juga diyakini
pula oleh umat Islam pernah membelah bulan pada masa penyebaran Islam
di Mekkah dan melakukan Isra dan Mi’raj dalam waktu tidak sampai satu
hari. Kemampuan lain yang dimiliki Muhammad adalah kecerdasannya
mengenai ilmu ketauhidan.
Fisik dan ciri-ciri Muhammad
Berikut adalah penggambaran sosok Muhammad dari salah satu istinya yaitu Aisyah, sepupunya Ali bin Abi Thalib, para sahabatnya, serta orang terakhir yang masih hidup yang kala itu sempat melihat sosoknya secara langsung, yaitu Abu Taufik.
Berikut adalah penggambaran sosok Muhammad dari salah satu istinya yaitu Aisyah, sepupunya Ali bin Abi Thalib, para sahabatnya, serta orang terakhir yang masih hidup yang kala itu sempat melihat sosoknya secara langsung, yaitu Abu Taufik.
Aisyah
dan Ali bin Abi Thalib telah merincikan ciri-ciri fisik dan penampilan
keseharian Muhammad, di antaranya adalah rambut ikal berwarna sedikit
kemerahan, terurai hingga bahu. Kulitnya putih kemerah-merahan,
wajahnya cenderung bulat dengan sepasang matanya hitam dan bulu mata
yang panjang. Tidak berkumis dan berjanggut sepanjang sekepalan telapak
tangannya.
Tulang kepala besar
dan bahunya lebar. Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu
pendek, berpostur kekar sangat indah dan pas dikalangan kaumnya. Bulu
badannya halus memanjang dari pusar hingga dada. Jemari tangan dan kaki
tebal dan lentik memanjang.
Apabila
berjalan cenderung cepat dan tidak pernah menancapkan kedua telapak
kakinya, beliau melangkah dengan cepat dan pasti. Apabila menoleh, ia
menolehkan wajah dan badannya secara bersamaan. Di antara kedua bahunya
terdapat tanda kenabian dan memang ia adalah penutup para nabi. Ia
adalah orang yang paling dermawan, paling berlapang dada, paling jujur
ucapannya, paling bertanggung jawab dan paling baik pergaulannya. Siapa
saja yang bergaul dengannya pasti akan menyukainya.
Setiap
orang yang bertemu Muhammad pasti akan berkata, “Aku tidak pernah
melihat orang yang sepertinya, baik sebelum maupun sesudahnya.”
Begitulah Muhammad di mata khalayak, akhlaknya yang sangat mulia
digambarkan dalam salah satu ayat Al-Qur’an:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Dalam hadits riwayat Bukhari, Muhammad digambarkan sebagai orang yang berkulit putih dan berjenggot hitam dengan uban.
Dalam
satu hadits diterangkan mengenai corak fisik Muhammad, yaitu ia
bertubuh sedang, kulitnya berwarna cerah tidak terlalu putih dan tidak
pula hitam. Rambutnya berombak. Ketika Muhammad wafat uban yang tumbuh
di rambut dan janggutnya masih sedikit.
Anas
juga mengatakan bahwa Muhammad memiliki tinggi sedang, tidak tinggi
sekali ataupun pendek, tegap. Bila ia berjalan sangat gesit dengan
tubuh condong sedikit kedepan.
Bara’a
bin Aazib mengatakan bahwa Muhammad memiliki tinggi yang sedang,
dengan tulang pundak bidang. Rambutnya cukup tebal, panjang sampai
batas telinga.
Ali bin Abi Thalib
meriwayatkan bahwa Muhammad tidaklah tinggi dan juga pendek. Telapak
tangan dan kaki beliau padat berisi. Ia memiliki kepala yang agak besar
dan kuat. Bulu-bulu halus tumbuh di dadanya dan terus kebawah sampai
pusar. Jika berjalan, melangkahnya seolah-olah seperti turun (meloncat)
dari suatu ketinggian. Ditambahkan pula bahwa Ali belum pernah melihat
orang sepertinya di antara sahabatnya sesudah wwafatnya Muhammad.
Ali
menambahkan bahwa Muhammad memiliki rambut lurus sedikit berombak.
Tidak gemuk dan tidak terlalu besar, berperawak baik dan tegak. Warna
kulit cerah, matanya hitam dengan bulu mata yang panjang. Persendian
tulang yang kuat dada, tangan dan kakinya kekar. Tidak memiliki bulu
yang tebal tetapi hanya tipis dari dada sampai pusarnya. Jika berbicara
dengan seseorang, maka ia akan menghadapkan wajahnya keorang tersebut
dengan penuh perhatian. Diantara bahunya ada tanda kenabian. Muhammad
orang yan baik hatinya dan paling jujur, orang yang paling dirindukan
dan sebaik-baiknya keturunan. Siapa saja yang mendekati dan bergaul
dengannya maka akan langsung merasa terhormat, khidmat, menghargai dan
mencintainya.
Hind bin Abi Halah
mendapat cerita dari Hasan bin Ali mengatakan bahwa Muhammad memiliki
pribadi mulia dan sangat agung jika orang melihatnya. Wajahnya
bercahaya seperti bulan purnama. Ia sedikit lebih tinggi dari rata-rata
orang tapi lebih pendek dari orang yang jangkung. Kepalanya lebih
besar dari rata-rata orang dan rambutnya agak keriting (berombak) agak
panjang hingga mencapai kuping dan dibelah tengah. Kulit berwarna cerah
dahinya agak lebar. Alis matanya melengkung hitam dan tebal, di antara
alisnya nampak urat darah halus yang berdenyut bila sedang emosi.
Hidungnya
agak melengkung dan mengkilap jika terkena cahaya serta tampak agak
menonjol jika pertama kali melihatnya padahal sebenarnya tidak.
Berjanggut tipit tapi penuh rata sampai pipi. Mulutnya sedang, giginya
putih cemerlang dan agak renggang. Pundaknya bagus dan kokoh, seperti
dicor perak. Anggota tubuh lainnya normal dan proporsional. Dada dan
pinggangnya seimbang dengan ukurannya. Tulang belikatnya cukup lebar,
bagian-bagian tubuhnya tidak tertutup bulu lebat, bersih dan bercahaya.
Kecuali bulu halus yang tumbuh dari dada hingga pusar.
Lengan
dan dada bagian atas berbulu. Pergelangan tangannya cukup panjang,
telapak tangannya agak lebar serta tangan dan kakinya berisi, jari-jari
tangan dan kaki cukup langsing. Jika berjalan agak condong kedepan
melangkah dengan anggun serta berjalan dengan cepat dan sering melihat
kebawah dari pada keatas. Jika berhadapan dengan orang maka ia
memandang orang itu dengan penuh perhatian dan tidak pernah melototi
seseorang dan pandangannya menyejukkan. Selalu berjalan agak
dibelakang, terutama jika saat melakukan perjalanan jarak jauh dan ia
selalu menyapa orang lain terlebih dahulu.
Dari
kisah Jabir bin Samurah meriwayatkan bahwa Muhammad memiliki mulut
yang agak lebar, di matanya terlihat juga garis-garis merahnya, serta
tumitnya langsing. Jabir (ra) juga meriwayatkan bahwa ia berkesempatan
melihat Muhammad di bawah sinar rembulan, ia juga memperhatikan pula
rembulan tersebut, baginya Muhammad lebih indah dari rembulan tersebut.
Abu Ishaq mengemukakan bahwa, Bara’a bin Aazib pernah berkata, bahwa rona Muhammad lebih mirip purnama yang cerah.
Abu
Hurairah mengatakan bahwa Muhammad sangatlah rupawan, seperti dibentuk
dari perak. Rambutnya cenderung berombak dan Abu Hurairah belum pernah
melihat orang yang lebih baik dari dan lebih tampan dari Muhammad,
rona mukanya secemerlang matahari dan tidak pernah melihat orang yang
secepatnya. Seolah-olah tanah digulung oleh langkah-langkah Muhammad
jika sedang berjalan. Dikatakan jika Abu Hurairah dan yang lainnya
berusaha mengimbangi jalannya Muhammad dan nampak ia seperti berjalan
santai saja.
Jabir bin Abdullah
mengatakan, Muhammad pernah bersabda bahwa ia pernah menyaksikan
gambaran tentang para nabi. Diantaranya adalah Musa berperawakan
langsing seperti orang-orang dari Suku Shannah, dan melihat Isa yang
mirip salah seorang sahabatnya yang bernama Urwah bin Mas’ud dan ketika
melihat Ibrahim dikatakan sangat mirip dengan dirinya sendiri
(Muhammad), kemudian Muhammad juga mengatakan bahwa ia pernah melihat
Malaikat Jibril yang mirip dengan Dehya Kalbi.[24]
Said
al Jahiri mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Taufik berkata
bahwa pada saat ini tidak ada lagi yang masih hidup orang yang pernah
melihat secara langsung Muhammad kecuali dirinya sendiri dan Muhammad
memiliki roman muka sangat cerah dan perawakanna sangat baik.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa gigi depan Muhammad agak renggang tidak terlalu rapat dan jika bericara nampak putih berkilau.
Pernikahan Nabi Muhammad
Selama hidupnya Muhammad menikahi 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat. Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia, sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Selama hidupnya Muhammad menikahi 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat. Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia, sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Sepeninggal
Khadijah, Muhammad disarankan oleh Khawla binti Hakim, bahwa sebaiknya
ia menikahi Sawda binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu
Bakar, dimana Muhammad akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu
Muhammad tercatat menikahi beberapa wanita lagi sehingga mencapai
total sebelas orang, dimana sembilan di antaranya masih hidup
sepeninggal Muhammad.
Para ahli
sejarah antara lain Watt dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar
perkawinan itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai
dengan budaya Arab), atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat
itu janda lebih susah untuk menikah karena budaya yang menekankan
perkawinan dengan perawan).
Perbedaan dengan nabi dan rasul terdahulu
Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia (QS. 34 : 28), sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing (QS 10:47, 23:44) seperti halnya Nabi Musa yang diutus Allah kepada kaum Bani Israil.
Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia (QS. 34 : 28), sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing (QS 10:47, 23:44) seperti halnya Nabi Musa yang diutus Allah kepada kaum Bani Israil.
Sedangkan
persamaannya dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama
mengajarkan Tauhid, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah
atau diibadahi itu hanyalah Allah (QS 21:25).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar