| Nama | Muhammad bin Abdullah | 
| Garis Keturunan Ayah | Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ismail as ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya'rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma'ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar ⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu'ay ⇒ Ka'ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒ Hasyim ⇒ Abdul Muthalib ⇒ Abdullah ⇒ Muhammad saw | 
| Garis Keturunan Ibu | Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ismail as ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya'rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma'ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar ⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu'ay ⇒ Ka'ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒ Wahab ⇒ Aminah ⇒ Muhammad saw | 
| Usia | 62 tahun | 
| Periode sejarah | 570 - 632 M | 
| Tempat diutus (lokasi) | Mekah al-Mukarramah | 
| Jumlah keturunannya (anak) | 7 anak (3 laki-laki, 4 perempuan) | 
| Tempat wafat | Madinah an-Nabawiyah | 
| Sebutan kaumnya | Bangsa Arab | 
| di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak | 25 kali secara jelas | 
Disadari atau tidak, wujud Tuhan pasti dirasakan oleh jiwa manusia baik redup atau benderang. Manusia menyadari bahwa suatu ketika dirinya akan mati.
 Kesadaran ini mengantarkannya kepada pertanyaan tentang apa yang akan 
terjadi sesudah kematian, bahkan menyebabkan manusia berusaha memperoleh
 kedamaian dan keselamatan di negeri yang tak dikenal itu. 
Wujud Tuhan yang dirasakan, 
serta hal-ihwal kematian, merupakan dua dari sekian banyak faktor 
pendorong manusia untuk berhubungan dengan Tuhan dan memperoleh 
informasi yang pasti. Sayangnya tidak semua manusia mampu melakukan hal 
itu. Namun, kemurahan Allah menyebabkan-Nya memilih manusia tertentu 
untuk menyampaikan pesan-pesan Allah, baik untuk periode dan masyarakat 
tertentu maupun untuk seluruh manusia di setiap waktu dan tempat. Mereka yang mendapat tugas itulah yang dinamai Nabi (penyampai berita) dan Rasul (Utusan Tuhan).  
"Tidak
 satu umat (kelompok masyarakat) pun kecuali telah pernah diutus 
kepadanya seorang pembawa peringatan" (QS Fathir [35]: 24)
Al-Quran juga menyatakan kepada Nabinya bahwa,   
"Kami
 telah mengutus nabi-nabi sebelum kamu, di antara mereka ada yang telah 
kami sampaikan kisahnya, dan ada pula yang tidak Kami sampaikan 
kepadamu" (QS Al-Mu'min [40]: 78)
Al-Quran menyebutkan secara tegas nama dua
 puluh lima Nabi/Rasul; delapan belas di antaranya disebutkan dalam 
Al-Quran surat Al-An'am (6): 83-86, sisanya didapatkan dari berbagai 
ayat.  
Nabi Muhammad saw
 seperti dinyatakan Al-Quran surat Al-A'raf (7): 158 -diutus kepada 
seluruh manusia, dan beliau merupakan khataman nabiyyin (penutup para 
nabi) (QS Al-Ahzab [33]: 40). 
Masa Prakelahiran
Al-Quran menegaskan bahwa para nabi telah pernah diangkat janjinya untuk percaya dan membela Nabi Muhammad saw   
"Dan
 ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dan para Nabi, 'Sungguh apa 
saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang 
kepadamu seorang Rasul (Muhammad) yang membenarkan kamu, niscaya kamu 
sungguh-sungguh akan beriman kepadanya dan menolongnya.' Allah 
berfirman, 'Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku yang 
demikian itu?' Mereka menjawab, 'Kami mengakui.'" (QS Ali'Imran [3]: 81)
Allah SWT telah merencanakan 
sesuatu untuk Nabi Muhammad saw, jauh sebelum kelahiran beliau. Karena 
itu pula sementara pakar menyatakan bahwa kematian ayah beliau sebelum 
kelahiran, kepergiannya ke pedesaan menjauhi ibunya, serta 
ketidakmampuannya membaca dan menulis merupakan strategi yang 
dipersiapkan Tuhan kepada beliau untuk dijadikan utusan-Nya kepada 
seluruh umat manusia kelak. 
Bahkan ulama lain meyakini bahwa pemilihan
 hal-hal tertentu berkaitan dengan beliau bukanlah kebetulan. Misalnya 
bulan lahir, hijrah, dan wafatnya pada bulan Rabi'ul Awal (musim bunga).
 Nama beliau Muhammad (yang terpuji), ayahnya Abdullah (hamba Allah), 
ibunya Aminah (yang memberi rasa aman), kakeknya yang bergelar Abdul 
Muththalib bernama Syaibah (orang tua yang bijaksana), sedangkan yang 
membantu ibunya melahirkan bernama Asy-Syifa' (yang sempurna dan sehat),
 serta yang menyusukannya adalah Halimah As-Sa'diyah (yang lapang dada 
dan mujur). Semuanya mengisyaratkan keistimewaan berkaitan dengan 
Nabi Muhammad saw Makna nama-nama tersebut memiliki kaitan yang erat 
dengan kepribadian Nabi Muhammad saw 
Al-Quran surat Al-A'raf (7): 
157 juga menginformasikan bahwa Nabi Muhammad saw pada hakikatnya 
dikenal oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Hal ini antara lain 
disebabkan mereka mendapatkan (nama)-nya tertulis di dalam Taurat dan 
Injil (QS Al-A'raf [7]: 157).  
Menurut pakar agama Islam, yang 
ditegaskan oleh Al-Quran itu, dapat terbaca antara lain dalam Pertanjian
 Lama, Kitab Ulangan 33 ayat 2: 
"...
 bahwa Tuhan telah datang dari Torsina, dan telah terbit untuk mereka 
itu dari Seir, kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya dari gunung 
Paran." 
Pemahaman mereka berdasarkan 
analisis berikut: "Gunung Paran" menurut Kitab Pertanjian Lama, Kejadian
 ayat 21, adalah tempat putra Ibrahim -yakni Nabi Ismail- bersama ibunya
 Hajar memperoleh air (Zam-Zam). Ini berarti bahwa tempat tersebut adalah Makkah, dan dengan demikian yang
 tercantum dalam Kitab Ulangan di atas mengisyaratkan tiga tempat 
terpancarnya cahaya wahyu Ilahi: Thur Sina tempat Nabi Musa a.s., Seir 
tempat Nabi Isa a.s. , dan Makkah tempat Nabi Muhammad saw. Sejarah 
membuktikan bahwa beliau satu-satunya Nabi dari Makkah.   
Karena itu pula wajar jika 
Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 146 menyatakan bahkan mereka itu 
mengenalnya (Muhammad saw), sebagaimana mereka mengenal anak-anak 
mereka, bahkan salah seorang penganut agama Yahudi yang kemudian masuk 
Islam, yaitu Abdullah bin Salam pernah berkata, "Kami lebih mengenal dan
 lebih yakin tentang kenabian Muhammad saw daripada pengenalan dan 
keyakinan kami tentang anak-anak kami. Siapa tahu pasangan kami 
menyeleweng." 
Masa Prakenabian
Ada beberapa ayat Al-Quran yang berbicara tentang Nabi Muhammad saw sebelum kenabian beliau. Antara lain,   
"Bukankah
 Dia (Tuhan) mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu, 
dan Dia mendapatimu bimbang, lalu Dia memberi petunjuk kepadamu, dan Dia
 mendapatimu dalam keadaan kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan?" 
(QS Al-Dhuha [93]: 6-8)
Beliau yatim sejak di dalam 
kandungan, kemudian dipelihara dan dilindungi oleh paman dan kakeknya. 
Beliau hidup di dalam keresahan dan kebimbangan melihat sikap 
masyarakatnya, lalu Allah memberinya petunjuk, dan mengangkatnya sebagai
 Nabi dan Rasul. Beliau hidup miskin karena ayahnya tidak meninggalkan 
warisan untuknya, kecuali beberapa ekor kambing dan harta lainnya yang 
tidak berarti. Tetapi Allah memberinya kecukupan, khususnya menjelang dan saat hidup berumah tangga dengan istrinya, Khadijah a.s.  
Ayat lain yang oleh ulama 
dianggap berbicara tentang Nabi Muhammad saw pada masa kanak-kanaknya, 
adalah surat Alam Nasyrah ayat pertama: 
"Bukankah Kami (Tuhan) telah melapangkan dada untukmu?"   
Sebagian ulama mengartikan kata 
nasyrah dengan "memotong/membedah." Memang, bila dikaitkan dengan 
sesuatu yang bersifat materi, artinya demikian. Apabila dikaitkan dengan
 sesuatu yang bersifat nonmateri, kata itu mengandung arti membuka, 
memberi pemahaman, menganugerahkan ketenangan dan semaknanya. Yang 
mengaitkan dengan hal-hal materi berpendapat bahwa ayat ini berbicara 
tentang "pembedahan" yang pernah dilakukan oleh para malaikat terhadap 
Nabi Muhammad saw kala beliau remaja. Pendapat ini antara lain 
dikemukakan oleh mufasir An -Naisaburi. 
Tetapi sepanjang penelitian 
Prof. Dr. M. Quraish Shihab, kata tersebut dengan berbagai bentuknya 
terulang sebanyak 5 kali, dan tidak satu pun yang digunakan dengan arti 
harfiah, apalagi bermakna pembedahan. Akan lebih jelas lagi jika hal itu
 disejajarkan dengan ayat yang berbicara tentang doa Nabi Musa a.s. di 
dalam Al-Quran. 
"Wahai
 Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah untukku urusanku dan 
lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku" (QS 
Thaha [20]: 25-28)
Selanjutnya Al-Quran menegaskan 
bahwa Nabi Muhammad saw tidak pernah membaca satu kitab atau menulis 
satu kata sebelum datangnya wahyu Al-Quran. 
"Engkau
 tidak pernah membaca satu kitab pun sebelumnya (Al-Quran), tidak juga 
menulis satu tulisan dengan tanganmu, (andai kata kamu pernah membaca 
dan menulis) pasti akan benar-benar ragulah orang yang mengingkari-(mu)"
 (QS Al-'Ankabut [29]: 48).
Ayat ini secara pasti menyatakan
 bahwa beliau saw adalah orang yang tidak pandai membaca dan menulis. 
Banyak ulama yang memahami bahwa kendatipun kemudian Nabi saw 
menganjurkan umatnya belajar membaca dan menulis, namun beliau sendiri 
tidak melakukannya, karena Allah SWT ingin menjadikan beliau sebagai 
bukti bahwa informasi yang diperolehnya benar-benar bukan bersumber dari
 manusia, melainkan dari Allah SWT 
Ada juga ulama yang memahami 
bahwa ketidakmampuan beliau membaca hanya terbatas sampai sebelum 
terbukti kebenaran ajaran Islam. Setelah kebenaran Islam terbukti 
-setelah hijrah ke Madinah- beliau telah pandai membaca. Menurut 
pendukungnya ide ini dikuatkan antara lain oleh kata "sebelumnya" yang 
terdapat pada ayat di atas. 
Memang, kata ummi hanya 
ditemukan dua kali dalam Al-Quran (QS Al-A'raf [7] 157 dan 158), dan 
keduanya menjadi sifat Nabi Muhammad saw Memang kedua ayat itu turun di 
Makkah, meskipun ada juga ayat lain yang turun di Madinah menyatakan, 
"Dia (Allah) yang mengutus kepada masyarakat ummiyyin (buta huruf), seorang Rasul di antara mereka" (QS Al-Jum'ah [62]: 2)
Di sisi lain, harus disadari 
bahwa masyarakat beliau ketika itu menganggap kemampuan menulis sebagai 
bukti kelemahan seseorang.  
Pada
 masa itu sarana tulis-menulis amat langka, sehingga masyarakat amat 
mengandalkan hafalan. Seseorang yang menulis dianggap tidak memiliki 
kemampuan menghafal, dan ini merupakan kekurangan. Penyair Zurrummah 
pernah ditemukan sedang menulis, dan ketika ia sadar bahwa ada orang 
yang melihatnya, ia bermohon: "Jangan beri tahu siapa pun, karena ini 
(kemampuan menulis) bagi kami adalah aib." 
Memang, nilai-nilai dalam 
masyarakat berubah, sehingga apa yang dianggap baik pada hari ini, boleh
 jadi sebelumnya dinilai buruk. Pada masa kini kemampuan menghafal tidak
 sepenting masa lalu, karena sarana tulis-menulis dengan mudah 
diperoleh. 
Berkenalan  dengan Khadijah
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan secepatnya tentang kejujuran dan sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa bisnis perdagangan telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan secepatnya tentang kejujuran dan sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa bisnis perdagangan telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Seseorang yang telah 
mendengar tentang  anak muda yang sangat dipercaya dengan adalah seorang
 janda yang bernama  Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status 
tinggi di suku Arab  dan Khadijah sering pula mengirim barang dagangan 
ke berbagai pelosok  daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuatnya 
terpesona sehingga  membuat Khadijah memintanya untuk membawa serta 
barang-barang  dagangannya dalam perdagangan. Muhammad dijanjikan 
olehnya akan dibayar  dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan dengan
 sekembalinya Muhammad  dengan keuntungan yang lebih dari biasanya.
Akhirnya,
 Muhammad pun jatuh cinta  kepada Khadijah kemudian mereka menikah. Pada
 saat itu Muhammad berusia  25 tahun sedangkan Khadijah mendekati umur 
40 tahun, tetapi ia masih  memiliki kecantikan yang menawan. Perbedaan 
umur yang sangat jauh dan  status janda yang dimiliki oleh Khadijah, 
tidak menjadi halangan bagi  mereka, karena pada saat itu suku Quraisy 
memiliki adat dan budaya yang  lebih menekankan perkawinan dengan gadis 
ketimbang janda. Walaupun harta  kekayaan mereka semakin bertambah, 
Muhammad tetap sebagai orang yang  memiliki gaya hidup sederhana, ia 
lebih memilih untuk mendistribusikan  keuangannya kepada hal-hal yang 
lebih penting.
Nabi Muhammad  Memperoleh Gelar
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia bersatu dengan orang-orang Quraisy dalam perbaikan Ka’bah. Ia pula yang memberi keputusan di antara mereka tentang peletakan Hajar al-Aswad di tempatnya. Saat itu ia sangat masyhur di antara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya “orang yang dapat dipercaya”.
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia bersatu dengan orang-orang Quraisy dalam perbaikan Ka’bah. Ia pula yang memberi keputusan di antara mereka tentang peletakan Hajar al-Aswad di tempatnya. Saat itu ia sangat masyhur di antara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya “orang yang dapat dipercaya”.
Diriwayatkan
 pula bahwa Muhammad percaya  sepenuhnya dengan ke-Esaan Tuhan. Ia hidup
 dengan cara amat sederhana  dan membenci sifat-sifat angkuh dan 
sombong. Ia menyayangi orang-orang  miskin, para janda dan anak-anak 
yatim serta berbagi penderitaan dengan  berusaha menolong mereka. Ia 
juga menghindari semua kejahatan yang biasa  di kalangan bangsa Arab 
pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman  keras, berkelakuan kasar
 dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai  As-Saadiq yang memiliki 
arti “yang benar”.
Kerasulan  Nabi Muhammad
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira’ sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut dan di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira’ sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut dan di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Pada
 suatu malam sekitar tanggal 17  Ramadhan/ 6 Agustus 611, ketika 
Muhammad sedang bertafakur di Gua Hira’,  Malaikat Jibril mendatanginya.
 Jibril membangkitkannya dan menyampaikan  wahyu Allah di telinganya. Ia
 diminta membaca. Ia menjawab, “Saya tidak  bisa membaca”. Jibril 
mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad  membaca, tetapi jawabannya 
tetap sama. Akhirnya, Jibril berkata:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq 96: 1-5)
Ini
 merupakan wahyu pertama yang  diterima oleh Muhammad. Ketika itu ia 
berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari  menurut perhitungan tahun kamariah 
(penanggalan berdasarkan bulan), atau  39 tahun 3 bulan 8 hari menurut 
perhitungan tahun syamsiah (penanggalan  berdasarkan matahari). Setelah 
pengalaman luar biasa di Gua Hira  tersebut, dengan rasa ketakutan dan 
cemas Muhammad pulang ke rumah dan  berseru pada Khadijah untuk 
menyelimutinya, karena ia merasakan suhu  tubuhnya panas dan dingin 
secara bergantian. Setelah hal itu lewat, ia  menceritakan pengalamannya
 kepada sang istri.
Untuk lebih 
menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad  mendatangi 
saudara sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal, yang banyak  mengetahui 
nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen  dan Yahudi. 
Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata,  bahwa ia 
telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian  Waraqah 
menyebutkan bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah  datang 
kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu,  mereka akan
 memusuhi dan melawannya.
Wahyu 
turun kepadanya secara  berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. 
Wahyu tersebut telah  diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad,
 dan dikumpulkan dalam  kitab bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al- 
Qur??n (bacaan).  Kebanyakan ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas, 
sedangkan sebagiannya  diterjemahkan dan dihubungkan dengan ayat-ayat 
yang lain. Sebagian  ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh Muhammad 
sendiri melalui  percakapan, tindakan dan persetujuannya, yang terkenal 
dengan nama  As-Sunnah. Al-Quran dan As-Sunnah digabungkan bersama 
merupakan panduan  dan cara hidup bagi “mereka yang menyerahkan diri 
kepada Allah”, yaitu  penganut agama Islam.
Nabi Muhammad  Mendapatkan Pengikut
Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail masuk Islam dan bergabung membela Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun.
Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail masuk Islam dan bergabung membela Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun.
Akibat 
halangan dari masyarakat  jahiliyyah di Mekkah, sebagian orang Islam 
disiksa, dianiaya,  disingkirkan dan diasingkan. Penyiksaan yang dialami
 hampir seluruh  pengikutnya membuat lahirnya ide berhijrah (pindah) ke 
Habsyah. Negus,  raja Habsyah, memperbolehkan orang-orang Islam 
berhijrah ke negaranya  dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di 
Mekkah. Muhammad sendiri,  pada tahun 622 hijrah ke Madinah, kota yang 
berjarak sekitar 200 mil  (320 km) di sebelah Utara Mekkah.
Nabi Muhammad  Hijrah ke Madinah
Di Mekkah terdapat Ka’bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka’bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad) dan orang-orang Islam Mekkah.
Di Mekkah terdapat Ka’bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka’bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad) dan orang-orang Islam Mekkah.
Tahun
 berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi  ke 
Mekkah. Mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya.  
Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut  
Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang  
orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. Muhammad akhirnya  
setuju untuk berhijrah ke kota itu.
Mengetahui
 bahwa banyak masyarakat Islam  berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat 
jahiliyah Mekkah berusaha  menghalang-halanginya, karena beranggapan 
bahwa bila dibiarkan berhijrah  ke Yathrib, orang-orang Islam akan 
mendapat peluang untuk mengembangkan  agama mereka ke daerah-daerah yang
 lain. Setelah berlangsung selama  kurang lebih dua bulan, masyarakat 
Islam dari Mekkah pada akhirnya  berhasil sampai dengan selamat ke 
Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai  Madinah atau “Madinatun Nabi” 
(kota Nabi).
Di Madinah, 
pemerintahan (kalifah) Islam  diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. 
Umat Islam bebas beribadah  (salat) dan bermasyarakat di Madinah. 
Quraish Makkah yang mengetahui hal  ini kemudian melancarkan beberapa 
serangan ke Madinah, akan tetapi  semuanya dapat diatasi oleh umat 
Islam. Satu perjanjian damai kemudian  dibuat dengan pihak Quraish. 
Walaupun demikian, perjanjian itu kemudian  diingkari oleh pihak Quraish
 dengan cara menyerang sekutu umat Islam.
Penaklukan  Mekkah
Pada
 tahun ke-8 setelah berhijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali  ke
 Makkah dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah  
yang khawatir kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa  
perlawanan, dengan syarat Muhammad kembali pada tahun berikutnya.  
Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali maka
  ia menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad memimpin umat Islam  
menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling
  Ka’bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan 
 agama Islam di kota Mekkah.
Mukjizat Nabi  Muhammad
Seperti nabi dan rasul sebelumnya, Muhammad diberikan irhasat (pertanda) akan datangnya seorang nabi, seperti yang diyakini oleh umat Muslim telah dikisahkan dalam beberapan kitab suci ajaran samawi, kemudian dikisahkan pula terjadi pertanda pada masa didalam kandungan, masa kecil dan remaja. Kemudian Muhammad diyakini diberikan mukjizat selama kenabiannya.
Seperti nabi dan rasul sebelumnya, Muhammad diberikan irhasat (pertanda) akan datangnya seorang nabi, seperti yang diyakini oleh umat Muslim telah dikisahkan dalam beberapan kitab suci ajaran samawi, kemudian dikisahkan pula terjadi pertanda pada masa didalam kandungan, masa kecil dan remaja. Kemudian Muhammad diyakini diberikan mukjizat selama kenabiannya.
Dalam syariat
 Islam, mukjizat terbesar  Muhammad adalah Al-Qur’an, karena pada masa 
itu bangsa Arab memiliki  kebudayaan sastra yang cukup tinggi dan 
Muhammad sendiri adalah orang  yang buta huruf, yang diyakini oleh umat 
muslim mustahil dikarang  olehnya. Selain itu, Muhammad juga diyakini 
pula oleh umat Islam pernah  membelah bulan pada masa penyebaran Islam 
di Mekkah dan melakukan Isra  dan Mi’raj dalam waktu tidak sampai satu 
hari. Kemampuan lain yang  dimiliki Muhammad adalah kecerdasannya 
mengenai ilmu ketauhidan.
Fisik dan  ciri-ciri Muhammad
Berikut adalah penggambaran sosok Muhammad dari salah satu istinya yaitu Aisyah, sepupunya Ali bin Abi Thalib, para sahabatnya, serta orang terakhir yang masih hidup yang kala itu sempat melihat sosoknya secara langsung, yaitu Abu Taufik.
Berikut adalah penggambaran sosok Muhammad dari salah satu istinya yaitu Aisyah, sepupunya Ali bin Abi Thalib, para sahabatnya, serta orang terakhir yang masih hidup yang kala itu sempat melihat sosoknya secara langsung, yaitu Abu Taufik.
Aisyah
 dan Ali bin Abi Thalib telah  merincikan ciri-ciri fisik dan penampilan
 keseharian Muhammad, di  antaranya adalah rambut ikal berwarna sedikit 
kemerahan, terurai hingga  bahu. Kulitnya putih kemerah-merahan, 
wajahnya cenderung bulat dengan  sepasang matanya hitam dan bulu mata 
yang panjang. Tidak berkumis dan  berjanggut sepanjang sekepalan telapak
 tangannya.
Tulang kepala besar 
dan bahunya lebar.  Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu
 pendek, berpostur  kekar sangat indah dan pas dikalangan kaumnya. Bulu 
badannya halus  memanjang dari pusar hingga dada. Jemari tangan dan kaki
 tebal dan  lentik memanjang.
Apabila
 berjalan cenderung cepat dan  tidak pernah menancapkan kedua telapak 
kakinya, beliau melangkah dengan  cepat dan pasti. Apabila menoleh, ia 
menolehkan wajah dan badannya  secara bersamaan. Di antara kedua bahunya
 terdapat tanda kenabian dan  memang ia adalah penutup para nabi. Ia 
adalah orang yang paling  dermawan, paling berlapang dada, paling jujur 
ucapannya, paling  bertanggung jawab dan paling baik pergaulannya. Siapa
 saja yang bergaul  dengannya pasti akan menyukainya.
Setiap
 orang yang bertemu Muhammad pasti  akan berkata, “Aku tidak pernah 
melihat orang yang sepertinya, baik  sebelum maupun sesudahnya.” 
Begitulah Muhammad di mata khalayak,  akhlaknya yang sangat mulia 
digambarkan dalam salah satu ayat Al-Qur’an:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam:  4)
Dalam hadits riwayat Bukhari, Muhammad digambarkan sebagai orang yang  berkulit putih dan berjenggot hitam dengan uban.
Dalam
 satu hadits diterangkan mengenai  corak fisik Muhammad, yaitu ia 
bertubuh sedang, kulitnya berwarna cerah  tidak terlalu putih dan tidak 
pula hitam. Rambutnya berombak. Ketika  Muhammad wafat uban yang tumbuh 
di rambut dan janggutnya masih sedikit.
Anas
 juga mengatakan bahwa Muhammad  memiliki tinggi sedang, tidak tinggi 
sekali ataupun pendek, tegap. Bila  ia berjalan sangat gesit dengan 
tubuh condong sedikit kedepan.
Bara’a
 bin Aazib mengatakan bahwa  Muhammad memiliki tinggi yang sedang, 
dengan tulang pundak bidang.  Rambutnya cukup tebal, panjang sampai 
batas telinga.
Ali bin Abi Thalib
 meriwayatkan bahwa  Muhammad tidaklah tinggi dan juga pendek. Telapak 
tangan dan kaki beliau  padat berisi. Ia memiliki kepala yang agak besar
 dan kuat. Bulu-bulu  halus tumbuh di dadanya dan terus kebawah sampai 
pusar. Jika berjalan,  melangkahnya seolah-olah seperti turun (meloncat)
 dari suatu ketinggian.  Ditambahkan pula bahwa Ali belum pernah melihat
 orang sepertinya di  antara sahabatnya sesudah wwafatnya Muhammad.
Ali
 menambahkan bahwa Muhammad memiliki  rambut lurus sedikit berombak. 
Tidak gemuk dan tidak terlalu besar,  berperawak baik dan tegak. Warna 
kulit cerah, matanya hitam dengan bulu  mata yang panjang. Persendian 
tulang yang kuat dada, tangan dan kakinya  kekar. Tidak memiliki bulu 
yang tebal tetapi hanya tipis dari dada  sampai pusarnya. Jika berbicara
 dengan seseorang, maka ia akan  menghadapkan wajahnya keorang tersebut 
dengan penuh perhatian. Diantara  bahunya ada tanda kenabian. Muhammad 
orang yan baik hatinya dan paling  jujur, orang yang paling dirindukan 
dan sebaik-baiknya keturunan. Siapa  saja yang mendekati dan bergaul 
dengannya maka akan langsung merasa  terhormat, khidmat, menghargai dan 
mencintainya.
Hind bin Abi Halah 
mendapat cerita dari  Hasan bin Ali mengatakan bahwa Muhammad memiliki 
pribadi mulia dan  sangat agung jika orang melihatnya. Wajahnya 
bercahaya seperti bulan  purnama. Ia sedikit lebih tinggi dari rata-rata
 orang tapi lebih pendek  dari orang yang jangkung. Kepalanya lebih 
besar dari rata-rata orang dan  rambutnya agak keriting (berombak) agak 
panjang hingga mencapai kuping  dan dibelah tengah. Kulit berwarna cerah
 dahinya agak lebar. Alis  matanya melengkung hitam dan tebal, di antara
 alisnya nampak urat darah  halus yang berdenyut bila sedang emosi.
Hidungnya
 agak melengkung dan mengkilap  jika terkena cahaya serta tampak agak 
menonjol jika pertama kali  melihatnya padahal sebenarnya tidak. 
Berjanggut tipit tapi penuh rata  sampai pipi. Mulutnya sedang, giginya 
putih cemerlang dan agak renggang.  Pundaknya bagus dan kokoh, seperti 
dicor perak. Anggota tubuh lainnya  normal dan proporsional. Dada dan 
pinggangnya seimbang dengan ukurannya.  Tulang belikatnya cukup lebar, 
bagian-bagian tubuhnya tidak tertutup  bulu lebat, bersih dan bercahaya.
 Kecuali bulu halus yang tumbuh dari  dada hingga pusar.
Lengan
 dan dada bagian atas berbulu.  Pergelangan tangannya cukup panjang, 
telapak tangannya agak lebar serta  tangan dan kakinya berisi, jari-jari
 tangan dan kaki cukup langsing.  Jika berjalan agak condong kedepan 
melangkah dengan anggun serta  berjalan dengan cepat dan sering melihat 
kebawah dari pada keatas. Jika  berhadapan dengan orang maka ia 
memandang orang itu dengan penuh  perhatian dan tidak pernah melototi 
seseorang dan pandangannya  menyejukkan. Selalu berjalan agak 
dibelakang, terutama jika saat  melakukan perjalanan jarak jauh dan ia 
selalu menyapa orang lain  terlebih dahulu.
Dari
 kisah Jabir bin Samurah  meriwayatkan bahwa Muhammad memiliki mulut 
yang agak lebar, di matanya  terlihat juga garis-garis merahnya, serta 
tumitnya langsing. Jabir (ra)  juga meriwayatkan bahwa ia berkesempatan 
melihat Muhammad di bawah sinar  rembulan, ia juga memperhatikan pula 
rembulan tersebut, baginya  Muhammad lebih indah dari rembulan tersebut.
Abu Ishaq mengemukakan bahwa, Bara’a bin  Aazib pernah berkata, bahwa rona Muhammad lebih mirip purnama yang  cerah.
Abu
 Hurairah mengatakan bahwa Muhammad  sangatlah rupawan, seperti dibentuk
 dari perak. Rambutnya cenderung  berombak dan Abu Hurairah belum pernah
 melihat orang yang lebih baik  dari dan lebih tampan dari Muhammad, 
rona mukanya secemerlang matahari  dan tidak pernah melihat orang yang 
secepatnya. Seolah-olah tanah  digulung oleh langkah-langkah Muhammad 
jika sedang berjalan. Dikatakan  jika Abu Hurairah dan yang lainnya 
berusaha mengimbangi jalannya  Muhammad dan nampak ia seperti berjalan 
santai saja.
Jabir bin Abdullah 
mengatakan, Muhammad  pernah bersabda bahwa ia pernah menyaksikan 
gambaran tentang para nabi.  Diantaranya adalah Musa berperawakan 
langsing seperti orang-orang dari  Suku Shannah, dan melihat Isa yang 
mirip salah seorang sahabatnya yang  bernama Urwah bin Mas’ud dan ketika
 melihat Ibrahim dikatakan sangat  mirip dengan dirinya sendiri 
(Muhammad), kemudian Muhammad juga  mengatakan bahwa ia pernah melihat 
Malaikat Jibril yang mirip dengan  Dehya Kalbi.[24]
Said
 al Jahiri mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Taufik berkata  
bahwa pada saat ini tidak ada lagi yang masih hidup orang yang pernah  
melihat secara langsung Muhammad kecuali dirinya sendiri dan Muhammad  
memiliki roman muka sangat cerah dan perawakanna sangat baik.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa gigi depan  Muhammad agak renggang tidak terlalu rapat dan jika bericara nampak  putih berkilau.
Pernikahan  Nabi Muhammad
Selama hidupnya Muhammad menikahi 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat. Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia, sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Selama hidupnya Muhammad menikahi 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat. Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia, sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Sepeninggal
 Khadijah, Muhammad  disarankan oleh Khawla binti Hakim, bahwa sebaiknya
 ia menikahi Sawda  binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu 
Bakar, dimana Muhammad  akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu
 Muhammad tercatat  menikahi beberapa wanita lagi sehingga mencapai 
total sebelas orang,  dimana sembilan di antaranya masih hidup 
sepeninggal Muhammad.
Para ahli 
sejarah antara lain Watt dan  Esposito berpendapat bahwa sebagian besar 
perkawinan itu dimaksudkan  untuk memperkuat ikatan politik (sesuai 
dengan budaya Arab), atau  memberikan penghidupan bagi para janda (saat 
itu janda lebih susah untuk  menikah karena budaya yang menekankan 
perkawinan dengan perawan).
Perbedaan  dengan nabi dan rasul terdahulu
Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia (QS. 34 : 28), sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing (QS 10:47, 23:44) seperti halnya Nabi Musa yang diutus Allah kepada kaum Bani Israil.
Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia (QS. 34 : 28), sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing (QS 10:47, 23:44) seperti halnya Nabi Musa yang diutus Allah kepada kaum Bani Israil.
Sedangkan
 persamaannya dengan nabi dan  rasul sebelumnya ialah sama-sama 
mengajarkan Tauhid, yaitu kesaksian  bahwa Tuhan yang berhak disembah 
atau diibadahi itu hanyalah Allah (QS  21:25).
 HOME
HOME 





0 komentar:
Posting Komentar