Pandangan Sahabat Nabi Muhammad S.A.W Tentang Ilmu -

Perkataan Sahabat Tentang Pentingnya Ilmu
Lanjutan Bab KELEBIHAN DARI ILMU  dari kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al Ghozali
Ali bin Abi Thalib ra. berkata kepada Kumail :
“Hai Kumail!!!  Ilmu itu lebih baik dari 
pada harta, Ilmu menjaga kamu dan kamu menjaga harta. Ilmu itu penghukum
 dan harta itu terhukum, Harta berkurang jika dibelanjakan dan ilmu 
bertambah jika dibelanjakan (diamalkan)
Ali Ra pula berkata :
Orang berilmu itu lebih utama dari pada 
orang yang berpuasa, bershalat dan berjihad. Apabila meninggal orang 
yang berilmu, maka terdapat suatu kekosongan dalam islam, yang tidak 
dapat ditutup dengan seorang penggantinya (orang berilmu juga).
Berkata juga Ali Ra dengan sajak:
Tidaklah kebanggaan selain bagi ahli ilmu…
Mereka memberi petunjuk kepada orang yang meminta petunjuk…
Nilai manusia adalah dengan kebaikan yang dikerjakan…
Dan orang orang yang bodoh adalah musuh dari ahli ilmu..
Menanglah engkau dengan Ilmu dan hiduplah dengan lama…
Orang lain mati sedangkan ahli ilmu tidak…
Berkata Abdul Aswad:
Tidak ada yang lebih mulia dari ilmu. Raja raja itu menghukum manusia dan alim ulama itu menghukum raja raja.
Berkata Ibnu Abbas  Ra
Disuruh memilih Sulaiman Bin Daud As.  
antara Ilmu, Harta dan Kerajaan. Maka dipilihlah ilmu lalu dari ilmu 
tersebut dianugrahkanlah kepadanya Harta, Kerajaan
Ditanya Ibnu Mubarak
Siapakah manusia itu?
Dijawab  :  Orang orang yang berilmu…
Ditanya pula :  Siapakah raja  itu???
Dijawab :  Orang yang Zuhud
Ditanya :  Siapakah orang yang hina itu?
Dijawab :  Mereka yang memakan (memperoleh) dunia dengan agama. maksudnya ” agama dibuat sebagai ajang bisnis *redaksi
Beliau berkata tidak dimasukkan orang 
yang tidak berilmu terhadap golongan manusia karena yang membedakan 
manusia dan hewan adalah ILMU,,, maka manusia itu ialah manusia, manusia akan mulia jika berilmu…
Bertanya Fathul-Mausuli  Ra
Bukankah orang sakit itu apabila tak mau makan dan minum, lalu ia mati? “Benar” menjawab orang disekelilingnya
lalu menyambung Fathul – Mausuli Ra  “Begitu pula hati, apabila tak mau kepada hikmah dan ilmu dalam tiga hari, maka matilah hati itu.
Benarlah perkataan itu, karena 
sesungguhnya makanan hati itu ialah ilmu dan hikmah. Dengan dua itulah 
maka hiduplah hati, sebagaimana tubuh itu hidup dengan makanan
Orang yang tak berilmu, hatinya menjadi 
sakit dan kematian hatinya itu suatu keharusan. Tetapi, dia tidak 
menyadari demikian, karena kecintaan dan kesibukannya dengan dunia, 
menghilangkan perasaan itu, kadang-kadang menghilangkan kepedihan luka 
seketika, meskipun luka itu masih ada.
Apabila mati itu telah menghilangkan 
kesibukan duniawi, lalu ia merasa dengan kebinasaan dan rugi besar. 
Kemudian, dunia itu tidak bermanfa’at baginya.
Yang demikian itu, seperti : dirasakan 
oleh orang yang telah aman dari ketakutan dan telah sembuh mabuk, dengan
 luka-luka yang diperolehnya dahulu sewaktu sedang mabuk dan takut.
Kita berlindung kepada Allah dari hari 
pembukaan apa yang tertutup. Sesungguhnya manusia itu tertidur, Apabila 
mati, maka dia terbangun.
Berkata Al-Hassan ra :
“Ditimbang tinta para ulama dengan darah para syuhada’. Maka beratlah timbangan tinta para ulama itu, dari darah para syuhada”
Berkata Ibnu Mas’ud ra :
“Haruslah engkau berilmu sebelum ilmu itu
 diangkat. Diangkat ilmu adalah dengan kematian perawi-perawinya. Demi 
Tuhan yang jiwaku di dalam kekuasaan-Nya!,  Sesungguhnya orang-orang 
yang syahid dalam perang sabil, lebih suka dibangkitkan oleh Allah nanti
 sebagai ulama. Karena melihat kemuliaan ulama itu. Sesungguhnya tak ada
 seorangpun yang dilahirkan berilmu. Karena ilmu itu adalah dengan belajar“
Berkata Ibnu Abbas ra :
“Bertukar-pikiran tentang ilmu sebahagian
 dari malam, lebih aku sukai daripada berbuat ibadah di malam itu” 
Begitu juga menurut Abu Hurairah ra. dan Ahmad bin Hanbal ra.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(Rabbanaa aatinaa fiddun-ya has ana tan wa filaakhirati hasanatan)
QS. Al-Baqarah 201
QS. Al-Baqarah 201
Artinya :
“Wahai Tuhan kami! Berilah kamikebaikan didunia ini dan kebaikan pula di hari akhirat”
“Wahai Tuhan kami! Berilah kamikebaikan didunia ini dan kebaikan pula di hari akhirat”
Bahwa kebaikan di dunia itu ialah ilmu dan ibadah, sedang kebaikan di akhirat itu, ialah sorga.
Ditanyakan kepada setengah hukama’ (para ahli hikmah) : “Barang apakah yang dapat disimpan lama?”
Lalu ia menjawab : “Yaitu barang-barang, apabila kapalmu karam, maka dia berenang bersama kamu, yakni : ilmu* Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan karam kapal ialah binasa badan, dengan mati….
Lalu ia menjawab : “Yaitu barang-barang, apabila kapalmu karam, maka dia berenang bersama kamu, yakni : ilmu* Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan karam kapal ialah binasa badan, dengan mati….
Berkata setengah hukama’ : “Barangsiapa 
membuat ilmu sebagai kekang di mulut kuda, niscaya dia diambil manusia 
menjadi imam. Dan barangsiapa dikenal dengan hikmahnya, niscaya dia 
diperhatikan oleh semua mata dengan mulia”
Berkata Imam Asy-Syafi’i ra. :
“Diantara kemuliaan ilmu, ialah bahwa 
tiap-tiap orang dikatakan berilmu, meskipun dalam soal yang remeh, maka 
ia gembira. Sebaliknya, apabila dikatakan tidak, maka ia merasa sedih”
Berkata Umar ra. :
“Hai manusia! Haruslah engkau berilmu! 
Bahwasanya Allah swt. mempunyai selendang yang dikasihiNya. Barangsiapa 
mencari sebuah pintu dari ilmu, maka ia diselendangi Allah dengan 
selendangNya. Jika ia berbuat dosa, maka dimintanya kerelaan Allah tiga 
kali, supaya selendang itu tidak di buka daripadanya dan jika pun 
berkepanjangan dosanya sampai ia mati”
Berkata Al-Ahnaf ra. :
“Hampirlah orang berilmu itu dianggap 
sebagai Tuhan. Dan tiap-tiap kemuliaan yang tidak dikuatkan dengan ilmu,
 maka kehinaanlah kesudahannya”
Berkata Salim bin Abil-Ja’ad :
“Aku dibeli oleh tuanku dengan harga 300 dirham lalu dimerdekakannya aku. Lalu aku bertanya :
“Pekerjaan apakah yang akan aku kerjakan?”. Maka bekerjalah aku dalam lapangan ilmu. Tak sampai setahun kemudian, datanglah berkunjung kepadaku amir kota Madinah. Maka tidak aku izinkan, ia masuk”.
“Pekerjaan apakah yang akan aku kerjakan?”. Maka bekerjalah aku dalam lapangan ilmu. Tak sampai setahun kemudian, datanglah berkunjung kepadaku amir kota Madinah. Maka tidak aku izinkan, ia masuk”.
Berkata Zubair bin Abi Bakar :
“Ayahku di Irak menulis surat kepadaku. 
Isinya diantara lain, yaitu : “Haruslah engkau berilmu! Karena jika 
engkau memerlukan kepadanya, maka ia menjadi
harta bagimu. Dan jika engkau tidak memerlukan kepadanya, maka ilmu itu menambahkan keelokanmu”
harta bagimu. Dan jika engkau tidak memerlukan kepadanya, maka ilmu itu menambahkan keelokanmu”
Diceriterakan juga yang demikian dalam nasehat Luqman kepada anaknya.
 Berkata Luqman : “Hai anakku! Duduklah bersama ulama/ Rapatlah mereka 
dengan kedua lututmu! Sesungguhnya Allah swt. menghidupkan hati dengan 
nur-hikmah (sinar ilmu) seperti menghidupkan bumi dengan hujan dari 
langit”.
Berkata setengah hukama’ :
“Apabila meninggal seorang ahli ilmu, 
maka ia ditangisi oleh ikan di dalam air dan burung di udara. Wajahnya 
hilang tetapi sebutannya tidak dilupakan”.
Berkata Az-Zuhri :
“Ilmu itu jantan dan tidak mencintainya selain oleh laki-laki yang jantan”
Waallahu a’lam bi-showabYA ALLAH AKU MOHON KEPADAMU AKAN KHUSNUL KHOTIMAH….. AMIN… ALLAHUMMA… AMIN…
Na’uudzu billaahi min ‘ilmin laa yanfa
“Aku berlindung pada Allah, dari ilmu yang tidak bermanfa’at”اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurusTerjemahan dari kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al Ghozali
 HOME
HOME 





0 komentar:
Posting Komentar