A.
Pengertian Sejarah Peradaban
islam
Dalam pembahasan pengertian sejarah
peradaban Islam ini, terdapat tiga konsep utama yang perlu di
jelaskan terlebih dahulu, yaitu: “sejarah”, “peradaban”, dan “Islam”. Ketiga konsep tersebut pada gilirannya perlu dipahami sebagai suatu
kesatuan konsep “sejarah dan peradaban Islam”.
1.
Pengertian Sejarah
Secara etimologis pengertian sejarah dapat ditelusuri dari asal kata
sejarah yang sering dikatakan berasal dari kata arab “syajarah”, artinya “pohon kehidupan”. Yang mana dalam bahasa Inggris
disebut “history”, sebuah kata yang lebih popular untuk menyebut
sejarah sebagai ilmu pengetahuan.
Adapun Definisi sejarah menurut pendapat beberapa ahli yang dapat dipaparkan
adalah sebagai berikut:
a.
MenurutIbnuKhaldun.
Sejarah adalah catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia,
tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak-watak masyarakat
itu, seperti keliaran, keramah tamahan dan solidaritet golongan, tentang revolusi-revolusi
dan pemberontakan-pemberontakan oleh segolongan rakyat melawan golongan yang
lain dengan akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan negara-negara, dengan tingkat
bermacam-macam, tentang bermacam-macam kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk
mencapai penghidupannya, maupun dalam bermacam-macam cabang ilmu pengetahuan dan
pertukangan, dan padau mumnya tentang segala perubahan yang terjadi kedalam masyarakat
karena watak masyarakat itu sendiri
b.
Menurut Bauer
Sejarah ialah suatu ilmu pengetahuan yang berikhtiar untuk melukiskan dan dengan
penglihatan yang simpatik menjelaskan fenomena kehidupan sepanjang terjadi perubahan
karena adanya hubungan antara manusia terhadap masyarakatnya. Melihat dampaknya
pada masa-masa berikutnya atau yang berhubungan dengan kualitas mereka yang
khas dan berkonsentrasi pada perubahan-perubahan yang temporerdan di dalam hubungan
terhadap yang tidak dapat diproduksi kembali.
c.
Menurut Zidi Gazalba
Sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk
sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta tersebut dengan
tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kefahaman tentang apa yang
telah berlalu itu.
d.
Menurut Brenheim
Sejarah adalah ilmu yang menyelidiki dan menceritakan fakta-fakta di dalam waktu
temporer dan di dalam hubungan dengan perkembangan umat manusia dalam aktifitas
mereka (baik individu maupun kolektif) sebagai makhluk
sosial di dalam hubungan sebab akibat.
Sejarah memiliki dua konsep. Konsep pertama, sejarah dengan
pengertiannya (serangkaian peristiwa masa lampau) yang dapat memberikan
pemahaman akan arti obyektif tentang masa lampau, adapun konsep kedua,
(keseluruhan pengalaman manusia), yaitu sejarah menunjukkan maknanya yang subyektif,
sebab masa lampau itu telah menjadi sebuah kisah atau cerita.
Adapun Karakteristik sejarah dapat dilihat dalam tiga orientasi yang
saling berhubungan. pertama, sejarah merupakan pengetahuan mengetahui
kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan manusia di masa
lampau dengan kaitannya dengan keadaan-keadaan masa kini. Kedua,
sejarah merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum yang
tampak menguasai kehidupan masa lampau, yang diperoleh melalui penyelidikan dan
analisis atas peristiwa-peristiwa masa lampau itu. Ketiga, sejarah
sebagai falsafah yang didasarkan kepada pengetahuan tentang perubahan-perubahan
masyarakat, dengan kata lain sejarah seperti ini merupakan ilmu tentang proses
suatu masyarakat.
Sejarah yang memiliki karakteristik dan sebagai ilmu pengetahuan pasti
mempunyai kegunaan. Diantara kegunaannya antara lain: pertama, untuk
kelestarian identitas kelompok dan memperkuat daya kelompok itu. Kedua,
sejarah berguna sebagai pengambilan pelajaran dan tauladan dari contoh-contoh
di masa lampau. Ketiga, sejarah berfungsi sebagi sarana pemahaman
mengenai hidup dan mati.
2.
Peradaban
Pengertian pearadaban dalam bahasa Indonesia, kata
peradaban sering kali dipahami sama artinya dengan kebudayaan. Akan tetapi dalam
bahasa inggris terdapat perbedaan pengertian antara kedua istilah tersebut,
yakni istilah civilization untuk peradaban dan culture untuk kebudayaan. Demikian pula
dalam bahasa arab,
dibedakan antara kata tsaqafah (kebudayaan), kata nadlarah (kemajuan), dan kata tamaddun (peradaban),
bahkan dalam bahasa melayu istilah tamaddun dimaksudkan untuk menyebut keduanya. Peradaban dapat diartikan menjadi dua: (1) proses menjadi berkeadaban, dan (2) suatu masyarakat manusia
yang sudah berkembang atau maju.
3.
Pengertian Sejarah Peradaban
Islam
Dalam bahasa indonesia, kata peradaban seringkali dipahami sama artinya
dengan kebudayaan. Akan tetapi dalam Bahasa Inggris terdapat perbedaan
pengertian antara kedua istilah tersebut, yakni istilah civilization
untuk peradaban dan culture untuk kebudayaan. Demikian pula
dalam Bahasa Arab, berbeda pula antara kata tsaqafah (kebudayaan),
dan hadlarahtamaddun
(peradaban), bahkan dalam bahasa Melayu istilah tamaddun dimaksudkan (kemajuan), dan kata
untuk menyebut keduanya. Hal seperti ini tidaklah menunjukkan perbedaan dari
segi makna, Seperti yang dikatakan oleh Yusuf Qardhawi bahwa peradaban adalah “sekumpulan
dari bentuk-bentuk kemajuan, baik yang berupa kemajuan bendawi, ilmu
pengetahuan, seni, sastra, maupun sosial, yang terdapat pada suatu masyarakat
atau pada masyarakat yang serupa”.
Islam merupakan sistem keyakinan dan kepercayaan serta aturan yang
mengatur manusia dengan tuhannya dan manusia dengan manusia serta manusia
dengan lingkungannya, maka makna peradaban Islam dibagi dalam tiga
pengertiannya, pertama, kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang
dihasilkan dalam suatu periode kekuasaan Islam, mulai dari periode nabi
Muhammad saw. sampai perkembangan kekuasaan Islam sekarang. Kedua,
hasil-hasil yang dicapai oleh umat Islam dalam lapangan kesustraan, ilmu
pengetahuan, dan kesenian. Ketiga, kemajuan Islam atau kekuasaan Islam
berperan melindungi pandangan hidup Islam.
Menurut A. R. Gibb, bahwa Islam sesungguhnya lebih dari sekedar agama,
Ia adalah peradaban yang sempurna. Karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab
timbulnya kebudayaan adalah agama Islam, kebudayaan yang ditimbulkannya
dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam.
Periodisasi
peradaban Islam merupakan ciri bagi ilmu sejarah yang mengkaji peristiwa
dalam konteks waktu dan tempat dengan tolok ukur yang bermacam-macam. Secara
umum sejarah peradaban Islam, terbagi menjadi sepuluh
periodisasi antara lain:
a.
Periode Nabi
Muhammad dan kebangkitan islam (571-632 M)
b.
Periode Khulafa
al-Rosyidin (632-661 M)
c.
Zaman Bani
Ummayyah (661-749 M)
d.
Zaman Abbasiyah
I (750-847 M)
e.
Zaman Abbasiyah
II (847-1055 M)
f.
Zaman Abbasiyah
terakhir (1055-1258 M)
g.
Timur tengah
setelah baghdad jatuh (1258-1520 M)
h.
Timur tengah
sampai abad -18 (1520-1800 M)
i.
Timur tengah
pada abad -19 dan ke-20 sampai perang dunia 1 (1798-1914 M)
j.
Dunia islam
sejak perang dunia 1 (1914-1968 M)
Menurut Prof. DR. H. N. Shiddiqi,
ada beberapa pendapat yaitu: Tolak ukurnya adalah pada system politik, hal ini biasanya digunakan pada sejarah konvensional,
persoalan ekonomi (maju-mundurnya ekonomi) dalam sebuah negara, pada tingkat peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, pada masuk dan berkembangnya suatu agama.
Menurut A. Hasymy (1978),
periodisasi sejarah perkembangan Islam adalah sebagai berikut:
1)
Permulaan Islam
(610 -661 M)
2)
Daulah Ammawiyah
(661-750M)
3)
Daulah Abbasiah I
(750-847 M)
4)
Daulah Abbasiah II
(847-946M)
5)
Daulah Abbasiah III
(946-1075M)
6)
Daulah Mughal
(1261-1520M)
7)
Daulah Mughal
(1520-1801M)
8)
Daulah Utsmaniah
(1801-Sekarang)
Sedangkan menurut A. Hasymy, Harun Nasution (1975)
dan Naurou zaman shidiqi (1986) membagi sejarah Islam menjadi tiga periode yaitu sebagai berikut :
a)
Periode Klasik (650-1250
M)
b)
Periode pertengahan
(1250-1800 M)
c)
Periode Moderen (1800 M-Sekarang)
B.
Pandangan Barat Terhadap Kebudayaan dan Peradaban Islam
1.
Kebudayaan
a.
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan menurut Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai
definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana
akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni,
dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
b.
Unsur-unsur kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan
mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur
pokok, yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga,
dan kekuasaan politik .
Bronislaw Malinowski mengatakan
ada 4 unsur pokok yang meliputi: sistem norma yang
memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri
dengan alam sekelilingnya organisasi
ekonomi. Alat-alat
dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah
lembaga pendidikan utama) organisasi kekuatan (politik).
2.
Kebudayaan Islam
Secara umum arti kebudayaan yang sebenarnya ialah suatu
hasil daya pemikiran dan pemerahan tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan
antara tenaga fikiran dengan tenaga lahir manusia ataupun hasil daripada
gabungan tenaga batin dan tenaga lahir manusia. Apa yang dimaksudkan gabungan
antara tenaga batin (daya pemikiran) dengan tenaga lahir ialah apa yang
difikirkan oleh manusia itu terus dibuat
dan dilaksanakan. Apa yang difikirkannya itu dilahirkan dalam bentuk sikap.
Maka hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan.
Jadi kalau begitu, seluruh kemajuan baik yang lahir
ataupun yang batin walau dibidang apapun, dianggap kebudayaan. Sebab hasil daripada daya pemikiran dan daya usaha tenaga lahir
manusia akan tercetuslah soal-soal politik, pendidikan, ekonomi, sastra dan
seni, pembangunan dan kemajuan-kemajuan lainnya.
Dan kalau begitu pengertian kebudayaan maka agama-agama
diluar Islam juga bisa dianggap kebudayaan. Ini adalah karena agama-agama
seperti Budha, Hindu, Kristen
(yang telah banyak diubah-ubah) itu lahir
hasil dari pemikiran (ide-ide) manusia. Ia adalah ciptaan akal manusia.
Sebaliknya agama Islam tidak bisa dianggap kebudayaan
sebab ia bukan hasil daripada pemikiran dan ciptaan manusia, bukan hasil budi
dan daya (tenaga lahir) manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan
oleh Allah SWT.
Oleh sebab itu siapa yang mengatakan bahwa agama Islam
itu kebudayaan maka dia telah melakukan satu kesalahan yang besar dan bisa
jatuh murtad, karena dia telah mengatakan satu perkara mungkar, yang tidak
seyogyanya disebut. Oleh karena itu, hendaklah kita berhati-hati. Begitu banyak sekali ahli kebudayaan pada
masa ini menyuarakan dengan lantang bahwa Islam adalah kebudayaan dengan alasan
bahwa ia adalah cara hidup atau 'way of
life' . Agama Islam
adalah bukan kebudayaan, sebab ia bukan hasil daripada tenaga fikiran dan
tenaga lahir manusia.
Agama Islam adalah wahyu dari Allah swt. yang disampaikan kepada Rasulullah saw. yang mengandung peraturan-peraturan untuk
jadi panduan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tetapi agama-agama diluar Islam memang
kebudayaan, sebab agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan manusia daripada
daya pemikiran mereka, daripada khayalan dan angan-angan.
Seperti sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah
hidup manusia yang sudah begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh umat
manusia. Hidup yang penuh dengan teladan yang luhur dan indah bagi setiap insan
yang sudah mendapat bimbingan hati nurani, yang hendak berusaha mencapai kodrat
manusia yang lebih sempurna dengan jalan iman dan perbuatan yang baik. Dimana
pulakah ada suatu keagungan dan keluhuran dalam hidup seperti yang terdapat
dalam diri Muhammad ini, yang dalam hidup sebelum kerasulannya sudah menjadi
suri teladan pula sebagai lambang kejujuran, lambang harga diri dan tempat
kepercayaan orang. Demikian juga sesudah masa kerasulannya, hidupnya penuh
pengorbanan, untuk Allah, untuk kebenaran, dan untuk itu pula Allah telah
mengutusnya. Suatu pengorbanan yang sudah berkali-kali menghadapkan nyawanya
kepada maut. Tetapi, bujukan masyarakatnya sendiri pun yang dalam gengsi dan
keturunan ia sederajat dengan mereka yang baik dengan harta, kedudukan atau
dengan godaan-godaan lain mereka tidak dapat merintanginya.
Namun begitu walaupun agama Islam itu bukan kebudayaan tetapi ia sangat
mendorong (bahkan turut mengatur) penganutnya berkebudayaan. Islam bukan
kebudayaan tapi mendorong manusia berkebudayaan. Islam mendorong berkebudayaan
dalam berfikir, berekonomi, berpolitik, bergaul, bermasyarakat, berpendidikan,
menyusun rumah tangga dan lain-lain. Jadi, sekali lagi dikatakan, agama Islam
itu bukan kebudayaan, tapi mendorong manusia berkebudayaan. Oleh karena itu
seluruh kemajuan lahir dan batin itu adalah kebudayaan maka dengan kata-kata
lain, Islam mendorong umatnya berkemajuan.
3.
Pandangan Barat Terhadap Kebudayaan dan
Peradaban Islam
Islam merupakan agama resmi
52 negara dunia dan dari segi universalitas tidak terbatas pada wilayah
geografi tertentu. Islam bukan sebuah agama yang hanya terbatas pada teori ,
tapi sebuah ideologi dan pesan. Para pengikut agama ini telah tersebar ke
seluruh penjuru dunia dan jumlah mereka di tengah masyarakat dengan mayoritas
Muslim sekitar 800 juta orang. Selain itu, sekitar 400 juta Muslim juga
berpencar di belahan bumi lain. Meski demikian, sepanjang sejarah Islam di
Barat telah mengalami kesalahan penafsiran.
Tanpa ragu lagi, Islam
adalah sebuah agama yang datang membawa perdamaian dan keadilan, tapi menurut
perspektif Barat, Islam dicitrakan sebagai agama perang dan fanatis. Semua
mengetahui fakta sejarah bahwa ketika Muslim menguasai dunia dalam waktu yang
lama, peradaban Islam telah menciptakan perdamaian dan keamanan bagi seluruh
masyarakat dunia bahkan untuk selain Muslim. Faktanya dunia Islam telah
menghadirkan tempat tinggal dan rumah bagi para gelandangan di seluruh dunia
khususnya benua Eropa.
Di sini saya ingin mengutip
pandangan Robert Briffault dalam bukunya “Making of Humanity” yang telah
melakukan penelitian dan riset tentang masyarakat dan negara-negara Islam
beserta statistik mereka. Ia berpendapat bahwa pemerintahan Tuhan di Timur
tidak ditegakkan atas dasar penindasan atau pemaksaan. Di dunia Timur kita
tidak menyaksikan penentangan terhadap ide-ide cemerlang dan perang abadi
terhadap revolusi pemikiran sebagaimana yang lazim kita temukan di Eropa dan di
masa lalu sering terjadi di Yunani dan Roma.
William Muir, sejarawan
tersohor juga membenarkan bahwa keadilan dan kasih sayang kerap ditemukan dalam
penaklukan-penaklukan yang dilakukan Islam dan ini berbeda dengan fanatisme dan
penindasan yang dipertontonkan oleh tentara Romawi dalam kasus yang sama. Kaum
Kristen Suriah pada masa kejayaan Arab menikmati kemajuan dan kebebasan berkreasi
yang lebih besar hingga pada masa kekuasaan Hercules, mereka juga tidak pernah
bermimpi untuk kembali ke negara asalnya di Eropa. Kondisi itu mengalami
perubahan ekstrim di bawah pemerintahan imperialis Barat. Dunia Islam selama
tiga dekade berada di bawah penjajahan dan selama masa itu, secara umum
bangsa-bangsa di dunia ketiga dan terutama di dunia Islam mengalami penyiksaan
dan penindasan oleh kekuatan-kekuatan imperialis.
Arnold Toynbee secara jelas
menyatakan bahwa dalam konfrontasi antara dunia dan Barat yang dimulai sejak
sekitar 400 atau 500 tahun sebelumnya dan masih berlanjut hingga sekarang,
dunialah yang memiliki pengalaman bernilai dan bukan Barat. Bukan Barat yang
menjadi objek serangan dunia, tapi dunia yang menjadi target agresi Barat sampai-sampai
Barat dilukiskan sebagai agresor pertama era modern.
Dalam sebuah kalimat bernada
menghina dikatakan bahwa di masa lalu dunia Islam dengan komunitasnya yang
besar menerima pukulan berat dari Barat dan kini dikesankan sebagai bahaya bagi
Barat. Satu-satunya dosa umat Islam adalah upaya mereka untuk menemukan kembali
identitasnya dan membangun negaranya berlandaskan prinsip-prinsip Islam.
Kesadaran umat Islam ini diinterpretasikan oleh Barat sebagai konfrontasi
antara Islam dan Barat. Islam dikampanyekan dengan istilah yang paling negatif
dan kegiatan mereka dinyatakan sebagai bahaya besar bagi Barat.
Asumsi Barat terhadap umat
Islam patut disayangkan. Melabelkan Muslim dengan terorisme tentu saja jauh
dari realita. Harus diakui ada gerakan kebangkitan Islam, namun Muslim sama
sekali tidak punya program untuk menyerang siapa pun. Upaya mereka semata-mata
untuk mempelajari teknologi dan sains sehingga dapat mengubah gaya hidupnya
dalam naungan iman, nilai-nilai, dan tradisi. Umat Islam tidak punya niat untuk
mengisolasi dirinya dari dunia luar. Sebaliknya mereka ingin hidup berdampingan
dengan bangsa lain secara terhormat dan berwibawa sebagai sebuah anggota
masyarakat yang layak dihormati.
Semangat Renaissance Islam
berorientasi pada masa depan. Prinsip ini berbeda dengan pandangan-pandangan
kelompok fundamentalis dalam Kristen. Hal ini mengindikasikan wawasan sempurna
Muslim terhadap masalah modernitas dan kontradiksi teknologi. Poin yang perlu
ditekankan di sini adalah kebangkitan Muslim merupakan penegaskan kembali
terhadap pelestarian etika Islam dan mereka berupaya untuk mewujudkan keadilan
sosial dan rasa percaya diri. Umat Islam telah belajar menata kehidupan sosial
dan industrinya dengan pandangan baru dan itupun berdasarkan cita-cita dan
prinsip-prinsip Islam. Kini mereka tengah berusaha mewujudkan sebuah sistem
sosial baru yang menjamin perdamaian dan keadilan bagi seluruh penduduk bumi.
Kebangkitan Islam merupakan
sebuah gerakan yang dinamis dan sepenuhnya selaras dengan tuntutan era modern.
Sebenarnya, kompetisi nyata antara Islam dan Barat terletak pada perbedaan
jenjang dua budaya dan peradaban, yang satu berdasarkan nilai-nilai Islam,
sementara yang lain bersumber pada nilai-nilai materialisme, rasionalisme dan
liberalisme.
Barat mungkin saja
melabelkan kelompok agamis dengan sebutan golongan fanatis atau fundamentalis,
tapi realitanya mereka tidak kembali ke masa lalu. Umat Islam ingin bergerak
pada jalur yang lebih konstruktif dari pendahulu mereka. Mungkin saja pada
tahap awal mereka menyesuaikan diri dengan pemerintah nasionalis, namun itu
bukan cita-cita umat Islam. Pada dasarnya mereka sangat ingin menciptakan
persatuan dan solidaritas yang lebih luas di tengah umat Islam dan membangun
kerjasama yang lebih erat antara negara-negara Islam.
Sayangnya Barat memfokuskan
diri pada kapasitas dan kekuatan potensial gerakan-gerakan Islam. Sebaliknya
mereka berupaya mencoreng gerakan-gerakan Islam dengan sebutan fundamentalis,
fanatis, dan anti-Barat. Mereka terjebak kesalahan fatal dalam memandang
kelompok lain dan masalah ini tentu saja akan mempertajam friksi antara dua
budaya dan peradaban. Pandangan tidak rasional Barat telah menyisakan kerugian
besar bagi umat manusia. Penyampaian gambaran keliru tentang Islam
mengakibatkan terjadinya transfer informasi tidak valid kepada masyarakat dan
para politikus Barat terkait esensi pembaharuan Islam. Mereka terpaksa menilai
Islam dari sudut pandang spesifik yang mencakup peristiwa-peristiwa sejarah
yang tidak menyenangkan.
Memperhatikan gerakan
pembaharuan Islam, perlu diingat bahwa fenomena itu juga memiliki dimensi
politik. Gerakan pembaharuan Islam tidak punya orientasi anti-Barat. Mereka
bukan pendukung Barat dan bukan juga anti-Barat, mereka hanya menentang
tindakan-tindakan tercela warisan imperialis yang merupakan ancaman potensial
terhadap hubungan ini. Perlu diingat bahwa jika Cina dan Amerika Serikat tanpa
ada kesamaan dalam sistem politik dan ekonomi, mampu menjalin hubungan baik,
maka Barat dan Islam juga perlu mengambil pelajaran dari cara hidup
berdampingan ini. Namun masalah itu sangat bergantung pada pola pandang Barat
terhadap fenomena pembaharuan Islam. Selama tidak ada upaya untuk membenturkan
dua budaya dan peradaban yang berbeda, maka kehidupan damai dapat tercipta di
dunia.
Jika kehidupan damai telah
benar-benar tercipta, ada banyak peluang kesamaan yang akan tampak.
Kesamaan-kesamaan itu merupakan modal untuk menyelesaikan problema-problema
dunia di masa mendatang. Pertanyaannya, apakah kita siap hidup damai dengan
seluruh budaya, agama dan bangsa-bangsa lain? Jika jawabannya positif, dunia
akan punya masa depan yang cerah dan jika tidak, dunia kita akan tenggelam
dalam kegelapan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.
Sejarah peradaban Islam adalah
2.
Pandangan
barat terhadap kebudayaan dan perkembangan islam sangat tidak baik dan selalu
memaniplasi kebenaran akan peradaban akan keberhasilan islam.
B.
Saran
Untuk menambah wawasan hendaknya memberikan
kontribusi dalam perkembangan akan kejayaan dan perkembangan penulisan.
0 komentar:
Posting Komentar