Tokoh Dan Teori Pembangunan Ekonomi

Tokoh Dan Teori Pembangunan Ekonomi -

Kli ini, Ncofies akan, Share Tentang Tokoh Dan Teori Pembangunan Ekonomi ...... langsung aja liat ke bawah...  dekecit..
BEBERAPA TEORI PEMBANGUNAN EKONOMI, ANTARA LAIN:
Teori pembangunan Adam Smith

Teori Adam Smith
Adam smith adalah ahli ekonomi klasik yang dianggap paling terkemika. Karyanya yang sangat terkenal, adalah sebuah buku yang berjudul An Inquiry the nature and cause of the wealth of nations yang diterbitkan 1776, terutama menyangkut permasalahan pembangunan ekonomi
a.   Hukum alam
Adam Smith meyakini berlakunya doktrin “hukum alam” dalam persoalan ekonomi. Ia menganggap setiap orang sebagai hakim yang paling tahu akan kepentingannya sendiri yang sebaiknya dibiarkan dengan bebas mengejar kepentingannya itu demi keuntungannya sendiri. Dalam mengembangkan kepentingan pribadinya itu, orang akan memerlukan barang-barang keperluan hidupnya sehari-hari. Dalam melakukan ini, setiap individu dibimbing oleh suatu”kekuatan yang tidak terlihat “yaitu pasar persaingan sempurna yang merupakan mekanisme menuju keseimbangan secara otomatis, cenderung untuk memaksimumkan kesejahteraan nasional.
b.  Pembagian kerja
Pembagian kerja adalah titik permulaan dari teori pertumbuhan ekonomi Adam Smith, yang meningkatkan daya produktivitas tenaga kerja. Ia menghubungkan kenaikan itu dengan: (1) meningkatkan keterampilan kerja (2) penghematan waktu dalam memproduksi barang (3) penemuan mesin yang sangat menghemat tenaga. Penyebab yang terakhir dari kenaikan produktivitas ini bukan berasal dari tenaga kerja tetapi dari modal.
        Apa yang mengarahkan pada pembagian kerja adalah kecendrungan tertentu pada sifat manusia, yaitu kecendrungan untuk tukar-menukar, barter dan mempertukarkan suatu barang dengan barang lainnya. Akan tetapi, pembagian kerja tergantung pada besarnya pasar. Salah satu pemeo terkenal “pembagian kerja dibatasi oleh luasnya pasar.
c.    Proses pemupukan modal
Smith menekankan, pemupukan modal harus dilakukan lebih dahulu daripada pembagian kerja. Ia menulis: ”karena pemupukan stok dalam bentuk barang harus lebih dulu dilakukan sebelum pembagian kerja, maka pekerjaan hanya dapat dibagi lebih lanjut secara seimbang, jika stok lebih dulu diperbesar.” Seperti ahli ekonomi modern, Smith menganggap pemupukan modal sebagai satu syarat mutlak bagi pembangunan ekonomi; dengan demikian permasalahan pembangunan ekonomi secara luas adalah kemampuan manusia untuk lebih banyak menabung dan menanam modal. Oleh karena itu cara yang paling cepat adalah menanamkan modal sedemikian rupa sehingga dapat memberikan penghasilan yang paling besar kepada seluruh penduduk agar mereka sanggup menabung sebanyak-banyaknya. Dengan demikian tingkat investasi akan ditentukan oleh tingkat tabungan dan tabungan yang sepenuhnya diinvestasikan. Sebagaimana dikatakan Smith; “bagian yang ditabung tiap tahun oleh seseorang dengan segera dipergunakan sebagai modal.”
Mengapa para pemilik modal menanamkan modal? Menurut Smith, investasi dilakukan karena para pemilik modal mengharapkan untung, dan harapan masa depan keuntungan bergantung pada iklim investasi pada hari ini dan pada keuntungan nyata.
d.  Agen pertumbuhan
Menurut Smith, para petani, produsen dan pengusaha merupakan agen kemajuan dan pertumbuhan ekonomi. Adalah perdagangan bebas yang mendorong mereka memperluas pasar, yang pada gilirannya memungkinkan pembangunan ekonomi. Fungsi ketiga agen ini saling berkaitan erat. Bagi Smith pembangunan pertanian mendorong peningkatan pekerjaan konstruksi, dan perniagaan. Pemupukan modal dan pembangunan ekonomi terjadi karena tampilnya para petani, produsen dan pengusaha.
Proses pertumbuhan. Schumpeter menjelaskan pendekatan pertumbuhan ekonomi Adam Smith sebagai berikut: “dengan menganggap benar faktor-faktor kelembagaan, politik dan alam, Smith berangkat dari asumsi bahwa suatu kelompok sosial (atau suatu bangsa) akan mengalami laju pertumbuhan ekonomi tertentu yang tercipta karena naiknya jumlah mereka dan melalui tabungan. Ini mendorong “meluasnya pasar” yang pada gilirannya meningkatkan pembagian kerja dan dengan demikian meningkatkan produktivitas.
Menurut Smith, proses pertumbuhan ini bersifat menggumpal (kumulatif). Apabila timbul kemakmuran sebagai akibat kemajuan dibidang pertanian, industri manufaktur, dan perniagaan, kemakmuran itu akan menarik pada pemupukan  modal, kemajuan tekhnik, meningkatnya penduduk, perluasan pasar, pembagian kerja dan kenaikan keuntungan secara terus-menerus.

PENILAIAN
                 Teori Smith memberikan sumbangan yang besar dalam menunjukkan bagaimana pertumbuhan ekonomi terjadi dan faktor-faktor serta kebijaksanaan apa yang menghambatnya. Khusus dalam kaitannya dengan petani, pedagang dan produsen, ia menunjukkan betapa arti penting menabung dan memupuk modal serta pentingnya proses pertumbuhan yang berimbang. Disamping itu tentu teori Smith memiliki kelemahan tertentu.
Ø Pembagian masyarakat secara lugas
Ø Alasan yang tidak adil bagi kegiatan menabung
Ø Asumsi yang tidak realistis tentang persaingan sempurna
Ø Pengabaian wiraswasta (pengusaha)
Ø Asumsi yang tidak realistis tentang keadaan stasioner

PENERAPAN TEORI SMITH PADA NEGARA TERBELAKANG
                 Teori pembangunan ekonomi smith mempunyai kebenaran yang terbatas bagi Negara terbelakang. Dalam ekonomi serupa ini ukuran pasarnya kecil. Sebagai akibatnya kemampuan untuk menabung dan dorongan untuk investasi rendah. Luas pasar ditentukan oleh volume produksi yang akhirnya tergantung pada tingkat pendapatan. Disini kemampuan untuk membeli berarti kemampuan untuk memproduksi. Dan produktivitas dalam batas tertentu tergantung pada seberapa besar modal ditanam dalam produksi.


1.   Teori Ricardian
Teori Ricardo
        Seperti halnya Smith, David Ricardo juga mengungkapkan pandangannya mengenai pembagunan ekonomi dengan cara yang tidak sistematis dalam bukunya the principles of political economy and taxation diterbitkan 1917.
        Asumsi teori Ricardo. Teori-teori Ricardian diasumsikan pada asumsi bahwa:
a)   Seluruh tanah digunakan untuk produksi gandum dan angkatan kerja dalam pertanian membantu menentukan distribusi industri;
b)  “law of diminishing return”berlaku bagi tanah;
c)   Persediaan tanah adalah tetap;
d)  Permintaan akan tanah benar-benar inelastis;
e)   Buruh dan modal adalah masukan yang bersifat variabel;
f)    Keadaan pengetahuan teknis adalah tertentu (given);
g)  Seluruh buruh dibayar dengan upah yang cukup untuk hidup secara minimal;
h)  Harga penawaran buruh adalah tertentu dan tetap;
i)    Permintaan akan buruh tergantung pada pemupukan modal; dan bahwa baik harga permintaan maupun penawaran buruh tidak tergantung pada produktivitas marginal tenaga kerja.
j)     Terdapat persaingan yang sempurna;
k)  Pemupukan modal dihasilkan dari keuntungan
Berdasarkan asumsi tersebut, Ricardo membangun teorinya tentang saling hubungan antara tiga kelompok dalam perekonomian yaitu tuan tanah, kapitalis dan buruh. Kepada mereka inilah keseluruhan hasil tanah dibagi-bagikan.
        Pembagian sewa keuntungan dan upah.  Dengan hasil gandum tertentu, andil masing-masing kelompok dapat ditentukan. Sewa per unit buruh adalah perbedaan antara produk rata-rata dan produk marginal. Atau keseluruhan sewa sama dengan perbedaan antara produk rata-rata dengan produk marginal dikalikan dengan banyaknya tenaga kerja dan modal yang digunakan dalam pengolahan tanah.
        Proses pemupukan modal. Menurut Ricardo, pemupukan modal merupakan keuntungan, sebab keuntungan merupakan kekayaan yang disisihkan untuk pembentukan modal. Pemupukan modal tergantung pada 2 faktor: pertama,  kemampuan untuk menabung.  Kedua, kemauan untuk menabung
        Tingkat keuntungan. Tingkat keuntungan = keuntungan/upah (keuntungan dibagi upah). Tingkat keuntungan sama dengan rasio keuntungan terhadap modal yang digunakan. Tetapi karena modal hanya terdiri dari modal kerja, maka keuntungan sama dengan rekening upah. Sepanjang tingkat keuntungan positif, pemupukan modal akan berlanjut.
        Kenaikan upah. Ricardo mencoba menunjukkan bahwa hanya dalam kondisi lain pemupukan modal akan mengurangi keuntungan. Didalam sistem Ricardo, upah memainkan peranan aktif dalam menentukan pendapatan antara modal dengan buruh. Tingkat upah meningkat bila harga barang yang dibutuhkan buruh meningkat.
        Berkurangnya keuntungan pada industri lain. Menurut Ricardo “keuntungan petani menentukan keuntungan seluruh usaha yang lain. Karena itu tingkat keuntungan uang yang diperoleh dari modal harus sama dengan keseimbangan, baik dalam pertanian ataupun dalam industri.
sumber lain pemupukan modal. menurut Ricardo, pembangunan ekonomi tergantung pada perbedaan antara produksi dan konsumsi. Karena itu ia menekankan pentingnya peningkatan produksi dan pengurangan konsumsi. Dalam istilah Ricardo”modal dapat dinaikkan dengan cara menaikkan produksi atau dengan mengurangi konsumsi yang tidak produktif.
§  Pajak, adalah sumber pemupukan modal yang ada ditangan pemerintah. Menurut Ricardo, pajak dikenakan hanya untuk mengurangi konsumsi yang berlebihan.
§  Tabungan, dibanding pajak, Ricardo lebih menyetujui pemupukan modal melalui tabungan. Tabungan dapat dibentuk dengan cara menghemat pengeluaran, memproduksi lebih banyak, dan dengan meningkatkan tingkat keuntungan serta mengurangi harga barang.
§  Perdagangan bebas. Ricardo membela adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan faktor penting bagi pembangunan ekonomi suatu Negara. Keuntungan dapat terus-menerus tinggi.
PENILAIAN
        Ricardo adalah pelopor ahli ekonomi modern dan pendapatnya mengenai pertumbuhan ekonomi telah dianut oleh banyak kalangan. Pendapat-pendapatnya adalah sebagai berikut:
1.         Pembangunan pertanian
2.         Tingkat keuntungan
3.         Pentingnya tabungan
4.         Perdagangan luar negeri
5.         Teori dinamis

KELEMAHAN TEORI RICARDO
        Disamping kebaikan tersebut diatas, teori Ricardo mempunyai kelemahan tertentu yang akan dibahas dibawah ini.
a)         Mengabaikan pengaruh tekhnologi
b)        Pengertian yang salah tentang keadaan stasioner
c)         Pengertian yang salah tentang penduduk
d)        Kebijaksanaan pasar bebas yang tidak dapat diterapkan
e)         Mengabaikan faktor-faktor kelembagaan
f)          Teori Ricardo adalah teori distribusi, bukan teori pertumbuhan
g)        Tanah juga menghasilkan selain gandum
h)        Modal dan buruh bukanlah koefisien yang tetap
i)          Mengabaikan tingkat suku bunga
j)        Teori Ricardo dan Negara terbelakang
3.   Teori Malthus mengenai pembangunan ekonomi
Teori Malthus
Konsep pembangunan. Malthus tidak menganggap proses pembangunan ekonomi terjadi dengan sendirinya. Malahan proses pembangunan ekonomi memerlukan berbagai usaha yang konsisten dipihak rakyat. Jadi menurut Malthus proses pembangunan adalah suatu proses naik turunnya aktivitas ekonomi lebih daripada sekedar lancar-tidaknya aktivitas ekonomi.
Malthus menitikkan perhatian pada “perkembangan kesejahteraan”suatu Negara yaitu pembangunan ekonomi yang dapat dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan suatu Negara.
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi. Pada bukunya principles of political economy, Malthus lebih realitas dalam menganalisa pertumbuhan penduduk dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi dibandingkan pada bukunya essay of population. Menurut Malthus pertumbuhan penduduk saja tidak cukup untuk berlangsungnya pembangunan ekonomi. Malahan, pertumbuhan penduduk adalah akibat dari proses pembangunan.
Peranan produksi dan distribusi. Malthus menganggap produksi dan distribusi sebagai “dua unsur utama kesejahteraan”.jika keduanya dikombinasikan pada proporsi yang benar, ia akan dapat meningkatkan kesejahteraan suatu Negara dalam waktu singkat.
Faktor-faktor dalam pembangunan ekonomi. Malthus mendefinisikan problem pembangunan ekonomi sebagai sesuatu yang menjelaskan perbedaan antara gross national product potensial (kemampuan menghasilkan kekayaan) dan gross national product actual (kekayaan actual).
PENILAIAN
            Teori Malthus mempunyai kelemahan tertentu:
a)         Stagnasi sekuler tidak melekat pada akumulasi modal
b)        Pandangan negatif terhadap akumulasi modal
c)         Komoditi tidak dipertukarkan dengan komoditi secara langsung
d)        Konsumen tidak produktif memperlambat kemajuan
e)         Dasar tabungan bersisi satu
4.   Teori Mill mengenai pembangunan ekonomi
Teori Mill
        Mill menganggap pembangunan ekonomi sebagai fungsi dari tanah, tenaga kerja dan modal. sementara tanah dan tenaga kerja adalah dua faktor produksi yang asli, modal adalah “persediaan yang dikumpulkan dari produk-produk tenaga kerja sebelumnya.
PENILAIAN
a)   Keadaan stasioner bukan suatu realitas
b)  Pikiran yang salah mengenai cadangan upah
c)   Teori Malthus salah
d)  Hukum mengenai hasil yang semakin berkurang tidak berlaku
e)    Laissez-faire bukan suatu kebijaksanaan praktis.
Mill setuju dengan kebijaksanaan liberal dalam urusan ekonomi. Walaupun begitu, kebijaksanaan tersebut tidak praktis. Kenyataannya, tidak ada perekonomian yang dapat berfungsi jika didalamnya terdapat persaingan sempurna.

5.   Teori Klasik
Teori Klasik
        Teori klasik dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
Kebijaksanaan pasar bebas. Ahli ekonomi klasik meyakini adanya perekonomian-persaingan sempurna-pasar bebas yang secara otomatis bebas dari segala campur tangan pemerintah. Yang memaksimumkan pendapatan nasional adalah “tangan-tangan tak kelihatan”
PENILAIAN
a.   Mengabaikan kelas menengah
b.   Melalaikan sektor publik
c.    Meremehkan tekhnologi
d.  Hukum yang tidak realistik
e.   Pemikiran keliru mengenai upah dan keuntungan
f.     Proses pertumbuhan yang tidak realistik
6.   Teori Marxis tentang pembangunan ekonomi
Teori Marx
        Marx menyumbang kepada teori pembangunan ekonomi dalam tiga hal, yaitu: dalam arti luas memberikan penafsiran sejarah dari sudut ekonomi, dalam arti lebih sempit merinci kekuatan yang mendorong perkembangan kapitalis, dan terakhir menawarkan jalan alternatif tentang pembangunan ekonomi terencana.
PENILAIAN
a.   Nilai lebih tidak realistis
b.   Marx-Nabi palsu
c.    Kemajuan tekhnologi bermanfaat didalam meningkatkan pekerjaan
d.  Kecendrungan jatuhnya keuntungan tidak benar
e.   Marx tidak memiliki fleksibilitas kapitalisme
f.     Teori siklus Marx adalah salah.
7.   Teori Schumpeter
Teori Schumpeter
Makna pembangunan ekonomi. Pertama-tama Schumpeter mengasumsikan adanya perekonomian persaingan sempurna yang berada dalam keseimbangan mantap. Dalam keseimbangan yang mantap seperti itu terkandung keseimbangan persaingan sempurna: tidak ada laba, tidak ada suku bunga, tidak ada tabungan, tidak ada investasi dan tidak ada pengangguran terpaksa.
PENILAIAN
a.   Keseluruhan teori Schumpeter didasarkan pada innovator yang dianggapnya sebagai pribadi yang ideal.
b.   Menurut Schumpeter, pembangunan ekonomi adalah akibat dari proses siklis.
c.    Pendapat Schumpeter bahwa perubahan siklis merupakan akibat inovasi juga tidak benar.
d.  Schumpeter menganggap inovasi sebagai sebab utama pembangunan ekonomi.
e.   Schumpeter dalam teorinya terlalu banyak menekankan pentingnya kredit bank.
f.     Analisa Schumpeter mengenai proses peralihan dari kapitalisme ke sosialisme tidak benar.
8.   Teori  Keynes
Teori Keynes
        Pendapatan total merupakan fungsi dari pekerjaan total dalam suatu Negara. Semakin besar pendapatan nasional, semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkannya, demikian sebaliknya. Volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif. Permintaan efektif menentukan tingkat keseimbangan pekerjaan dan pendapatan. Permintaan efektif ditentukan pada titik saat harga permintaan agregat sama dengan harga penawaran agregat.
        Dalam karangannya yang berjudul “economic possibilities for our grand children” Keynes mengemukakan serentetan syarat pokok kemajuan ekonomi, yaitu (1) kemampuan kita mengendalikan penduduk (2) kebulatan tekad menghindari perang dan perselisihan sipil (3) kemauan untuk mempercayai ilmu pengetahuan, mempedomani hal-hal yang benar sesuai dengan ilmu pengetahuan (4) tingkat akumulasi yang ditentukan oleh margin antara produksi dan konsumsi.
9.   Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut Rostow
Teori Rostow
a.   Masyarakat tradisional
Masyarakat tradisional disini diartikan suatu masyarakat yang strukturnya berkembang disepanjang fungsi produksi berdasarkan ilmu dan tekhnologi pra-Newton dan sebagai hasil pandangan pra-Newton terhadap dunia fisika. Banyak tanah dapat digarap, skala dan pola perdagangan dapat diperluas, manufaktur dapat dibangun dan produktivitas pertanian dapat ditingkatkan sejalan dengan peningkatan penduduk dan pendapatan nyata.
b.  Pra-syarat tinggal landas
Pra-syarat tinggal landas didorong atau didahului oleh empat kekuatan: Renesans atau era pencerahan, kerajaan baru, dunia baru, dan agama baru/reformasi. Kekuatan ini menempatkan “penalaran” (reasoning) dan “ketidakpercayaan”(skepticism) sebagai pengganti ‘kepercayaan”(faith) dan kewenangan”(authority).
c.    Tinggal landas
Rostow mendefinisikan tinggal landas sebagai revolusi industri yang bertalian secara langsung dengan perubahan radikal didalam metode produksi yang dalam jangka waktu relatif singkat menimbulkan konsekuensi yang menentukan.
Tahap ini merupakan titik yang menetukan didalam kehidupan suatu masyarakat ‘ketika pertumbuhan mencapai kondisi normalnya. Kekuatan modernisasi berhadapan dengan adat-istiadat dan lembaga-lembaga. Dengan istilah kepentingan bersama itu Rostow menunjukkan “bahwa pertumbuhan biasanya berjalan menurut deret ukur, seperti rekening tabungan yang bunganya dibiarkan bergabung dengan simpanan pokok.
d.  Dorongan menuju kedewasaan
Rostow mendefinisikan sebagai tahap ketika masyarakat telah dengan efektif menerapkan serentetan tekhnologi modern terhadap keseluruhan sumberdaya mereka. Ia merupakan satu tahap pertumbuhan swadaya jangka panjang yang merentang melebihi masa empat dasawarsa.
               Pada waktu suatu Negara berada pada tahap kedewasaan tekhnologi, ada tiga perubahan penting yang terjadi:
(1)   Sifat tenaga kerja berubah (2) watak para pengusaha berubah (3) masyarakat merasa bosan pada keajaiban industrialisasi dan menginginkan sesuatu yang baru menuju perubahan lebih jauh.
e.   Masa konsumsi massal (era konsumsi massa besar-besaran)
Abad konsumsi massa besar-besaran ditandai dengan migrasi ke pinggiran kota, pemakaian  mobil secara luas, barang-barang konsumen dan peralatan rumah tangga yang tahan lama. Pada tahap ini,”keseimbangan perhatian masyarakat beralih dari penawaran ke permintaan, dari persoalan produksi ke persoalan konsumsi dan kesejahteraan dalam arti luas. Ada tiga kekuatan yang Nampak cenderung meningkatkan kesejahteraan didalam tahap purna dewasa ini: (1) penerapan kebijaksanaan nasional guna meningkatkan kekuasaan dan pengaruh melampaui batas-batas nasional (2) ingin memiliki satu Negara kesejahteraan dengan pemerataan pendapatan nasional yang lebih adil melalui pajak progresif, peningkatan jaminan sosial, dan fasilitas hiburan bagi para pekerja. (3) keputusan untuk membangun pusat perdagangan dan sektor penting seperti mobil, rumah murah dan berbagai peralatan rumah tangga dan sebagainya.
10.     Teori Lewis mengenai penawaran buruh yang tidak terbatas
Teori Lewis
     Ekonomi dua sektor .Prof. W. Arthur Lewis membangun teori yang sangat sistematis mengenai “pembangunan ekonomi dengan penawaran buruh yang tidak terbatas” seperti para ahli ekonomi klasik, dia percaya bahwa banyak di Negara terbelakang tersedia buruh dalam jumlah yang tidak terbatas dan dengan upah sekedar cukup untuk hidup. Pembangunan ekonomi berlangsung apabila modal terakumulasi sebagai akibat peralihan buruh surplus. Dari sektor subsisten ke sektor kapitalis.
     Lewis mengawali teorinya dengan pernyataan tegas bahwa teori klasik mengenai penawaran buruh yang benar-benar elastis dengan upah subsisten benar-benar terjadi di sejumlah Negara terbelakang.
Menurut Lewis, masalah pokok dalam teori pembangunan ekonmi adalah “memahami”proses bagaimana masyarakat yang sebelumnya menabung dan menginvestasikan 4 atau 5% dari pendapatan nasionalnya atau lebih kecil dari itu, mengubah dirinya ke dalam perekonomian dengan tabungan sukarela berkisar antara 12 atau 15% dari pendapatan nasional atau lebih.
PENILAIAN
a.   Tidak setiap Negara terbelakang mempunyai penawaran buruh yang tidak terbatas
b.   Tingkat upah disektor kapitalis tidak konstan
c.    Tidak dapat diterapkan jika akumulasi modal bersifat menghemat buruh
d.  Buruh terampil bukanlah kesulitan sementara
e.   Kurangnya usaha dan inisiatif
f.     Proses multiplikasi tidak berlangsung di Negara terbelakang
g.   Mengabaikan permintaan total
h.   Mobilitas buruh tidaklah mudah
i.     Produkstivtas marginal buruh tidak nihil
j.     Produktivitas turun bersama migrasi buruh dari sektor subsisten
11.  Upaya minimum kritis Leibenstein
Teori Leibenstein
Menurut Leibenstein, setiap ekonomi tunduk pada “goncangan’ dan rangsangan”. Goncangan berdampak menurunkan pendapatan perkapita sebelumnya, sementara rangsangan cenderung meningkatkan.
Berdasarkan tesis yang diajukan oleh Leibenstein menyangkut tentang Negara terbelakang yang dicekam oleh lingkaran setan kemiskinan yang membuat mereka tetap berada disekitar tingkat keseimbangan pendapatan perkapita yang rendah. Solusinya adalah “upaya minimum kritis” yang akan berdampak kepada (a) ekspansi agen pertumbuhan (b) meningkatnya sumbangan mereka pada per unit modal begitu rasio modal output turun (c) berkurangnya keefektifan faktor-faktor yang merintangi pertumbuhan (d) penciptaan kondisi lingkungan dan sosial yang meningkatkan mobilitas ekonomi dan sosial (e) peningkatan spesialisasi dan perkembangan sektor sekunder dan tersier dan terakhir , terciptanya iklim yang cocok bagi perubahan yang lebih mendatangkan perubahan ekonomi dan sosial dan khususnya lingkungan yang pada akhirnya menyebabkan menurunnya kesuburan dan laju pertumbuhan penduduk.
PENILAIAN
a.   Laju pertumbuhan penduduk berkaitan dengan tingkat kematian
b.   Penurunan tingkat kelahiran bukan dikarenakan kenaikan pendapatan per kapita
c.    Mengabaikan usaha pemerintah untuk menurunkan tingkat kelahiran
d.  Tingkat pertumbuhan lebih tinggi daripada 3% tidak menyebabkan lepas landas
e.   Mengabaikan unsur waktu
f.     Hubungan kompleks antara pendapatan per kapita dan laju perumbuhan
g.   Dapat diterapkan pada ekonomi tertutup.

12.  Perangkap keseimbangan tingkat rendah
Teori Nelson
      R. Nelson membangun teori yang disebut “perangkap keseimbangan tingkat-rendah”bagi Negara terbelakang. “Upaya minimum kritis Leibenstein”,teori Nelson juga didasarkan pada hipotesa Malthus bahwa dengan kenaikan pendapatan per kapita diatas “tingkat biaya penghidupan minimum”, penduduk suatu Negara cenderung meningkat. Pada mulanya, penduduk tumbuh cepat bersama kenaikan pendapatan per kapita. Tetapi bilamana tingkat pertumbuhan penduduk mencapai “batas fisik atas” ia mulai menurun bersama kenaikan lebih lanjut pada pendapatan per kapita.
Menurut Nelson, “penyakit ekonomi Negara terbelakang dapat didiagnosa sebagai tingkat keseimbangan stabil pendapatan per kapita pada atau dekat dengan kebutuhan biaya hidup.”
Pada tingkat keseimbangan stabil pendapatan per kapita, laju tabungan dan setelah itu laju investasi netto keduanya berada pada tingkat yang rendah. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menaikkan laju tabungan dan investasi melalui kenaikan laju pertumbuhan pendapatan nasional total, ternyata dibuntuti oleh laju pertumbuhan penduduk yang tinggi yang mendorong balik pendapatan per kapita tersebut ke tingkat keseimbangan stabilnya. Jadi ekonomi terbelakang terjerat dalam “perangkap keseimbangan tingkat rendah”.
13.  Teori “dorongan kuat” (big push theory)
Teori Rosenstein-Rodan
      Teori “dorongan kuat”dikaitkan dengan nama Prof. Paul N.Rosenstein-Rodan. Menurut tesis ini untuk menanggulangi hambatan pembangunan ekonomi Negara terbelakang dan untuk mendorong ekonomi tersebut kearah kemajuan diperlukan suatu “Dorongan kuat” atau suatu program besar yang menyeluruh dalam bentuk suatu jumlah minimum investasi. Dalam menekankan dalilnya ini ia menarik analogi dengan studi MIT. Ada sejumlah sumber minimum yang harus disediakan jika suatu program pembangunan diharapkan berhasil.
Rosenstein-Rodan membedakan antara 3 macam syarat mutlak minimal dan ekonomi eksternal, (1) syarat mutlak minimal dalam fungsi produksi (2) syarat mutlak minimal pada permintaan (3) syarat mutlak minimal dalam persediaan tabungan.
14.  Doktrin pertumbuhan berimbang
Penjelasan teori
      Rosenstein-Rodan adalah ekonom pertama yang mengemukakan teori pertumbuhan berimbang-tanpa sedikit pun menyinggung teori ini pada artikel-artikelnya ditahun 1943. Ia berdalih bahwa seluruh industri yang akan didirikan di Eropa Barat dan Eropa Tenggara harus dianggap dan direncanakan seperti suatu perusahaan raksasa atau trust. Anggapannya yang utama adalah bahwa “acapkali produk marginal social (PMS) dari suatu investasi berbeda dengan produk marginal privat (PMP)-nya jika sekelompok industri direncanakan secara bersama sesuai dengan PMS-nya, maka laju pertumbuhan ekonomi akan lebih cepat daripada jika tidak dirancang bersama.
      Menurut Nurkse, lingkaran setan kemiskinan yang terjadi diantara Negara terbelakang memperlambat perkembangan ekonomi. Tetapi jika lingkaran tersebut dipecahkan, perkembangan ekonomi akan menyusul. Lingkaran setan, seperti diketahui, bekerja baik pada sisi penawaran maupun ada sisi permintaan.
      Ringkasnya, kata Lewis.”di dalam program pembangunan, semua sektor ekonomi harus tumbuh secara serentak untuk menjaga keseimbangan yang tepat antara industri dan pertanian serta antara produksi untuk konsumsi dalam negeri dan produksi untuk ekspor. Logika dalil ini tak dapat disangkal, sama seperti kesederhanaannya.
15.  Konsep pertumbuhan tidak berimbang
Teori
      Teori pertumbuhan tidak berimbang adalah lawan dari doktrin pertumbuhan berimbang. Menurut konsep ini, investasi seyogyanya dilakukan pada sektor yang terpilih daripada secara serentak di semua sektor ekonomi.
      Rostow dan Hirscmanlah telah mengemukakan doktrin pertumbuhan tidak berimbang ini dengan cara yang sistematik.
Pandangan Rostow. Menurut Rostow, agar suatu ekonomi dapat melampaui tahap masyarakat tradisional dan mencapai tahap tinggal landas maka yang penting ialah meningkatkan laju investasi produktif dari 5% atau kurang hingga menjadi 10% atau lebih. Menurut Rostow, proses pertumbuhan seperti inilah yang menurut catatan sejarah, terjadi di Negara-negara maju.
Strategi Hirscman. Konsep “pertumbuhan tidak berimbang”dipopulerkan oleh Prof. A.O. Hirscman, ia berpendapat bahwa dengan sengaja tidak menyeimbangkan perekonomian sesuai dengan strategi yang dirancang sebelumnya, adalah cara yang terbaik untuk mencapai pertumbuhan pada suatu Negara berkembang. Menurut Hirscman investasi pada industri atau sektor-sektor perekonomian yang strategis akan menghasilkan kesempatan investasi baru dan membuka jalan bagi pembangunan ekonomi lebih lanjut.
16.  Teori Dualistik
Teori dualism masyarakat
      J.H Boeke, ahli ekonomi belanda, adalah seorang pelopor yang mengembangkan teori tersendiri yang hanya cocok untuk diterapkan di Negara terbelakang. Teorinya tentang “Dualisme masyarakat” merupakan teori umum pembangunan masyarakat dan pembangunan ekonomi Negara terbelakang yang terutama didasarkan pada hasil kajiannya terhadap perekonomian INDONESIA.
Makna DR. Boeke berpendapat bahwa dalam arti ekonomi masyarakat memiliki tiga ciri yaitu semangat sosial, bentuk organisasi dan tekhnik yang mendominasinya. Saling ketergantungan dan saling keterkaitan antara ketiga ciri disebut sistem sosial atau gaya sosial.
Boeke menggunakan istilah “masyarakat dualistik”untuk masyarakat yang menunjukkan ciri tersendiri ditengah sistem sosial yang sinkron dan telah dewasa dimana biasanya evaluasi historis masyarakat-masyarakat homogen terpisah satu sama lain melalui bentuk peralihan seperti misalnya anatara prakapitalisme dan kapitalisme penuh melalui kapitalisme awal.
17.  Teori Myrdal mengenai Dampak balik
Teori Myrdal
      Prof. Gunnar Myrdal berpendapat bahwa pembangunan ekonomi menghasilkan suatu proses sebab-menyebab sirkuler yang membuat si kaya mendapat keuntungan semakin banyak, dan mereka yang tertinggal dibelakang menjadi semakin terhambat. Dampak balik (backwash effect) cenderung membesar dan dampak sebar (spread effect) cenderung mengecil. Secara komulatif kecendrungan ini semakin memperburuk ketimpangan internasional dan menyebabkan ketimpangan regional di Negara-negara terbelakang.


Tesis Myrdal
      Prof. Myrdal membangun teori keterbelakangan dan pembangunan ekonominya disekitar ide ketimpangan regional pada taraf nasional dan internasional. Untuk menjelaskan hal itu dia memakai ide ”dampak balik dan dampak sebar”. Dia mendefinisikan dampak balik  sebagai semua perubahan yang bersifat merugikan. Sedangkan dampak sebar menunjuk pada dampak memontum pembangunan yang menyebar secara sentrifugal dari pusat pengembangan ekonomi ke wilayah-wilayah lainnya.
18.  Teori pembangunan ekonomi Fei-Ranis
Teori John Fei dan Gustav Ranis
      Teori tersebut berkenaan dengan suatu Negara terbelakang yang kelebihan buruh disertai perekonomian yang miskin sumberdaya, dimana sebagian besar penduduk bergerak di bidang pertanian di tengah pengangguran hebat dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Ekonomi pertaniannya mandeg. Kebanyakan orang bergerak dilapangan pertanian tradisional, bidang-bidang nonpertanian memang ada, tetapi begitu banyak mempergunakan modal.
      Berdasarkan beberapa asumsi, maka Fei dan Ranis menelaah pembangunan ekonomi surplus-buruh menjadi tiga tahap, yaitu (1) tahap pertama, para penganggur tersamar, yang tidak menambah output pertanian, di alihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama. (2) tahap kedua, pekerjaan pertanian menambah keluaran pertanian tapi memproduksi lebih kecil daripada upah institusional yang mereka peroleh. (3) tahap ketiga yang menandai akhir tahap landas dan awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan lebih besar daripada perolehan upah institusional.        
MODEL-MODEL PERTUMBUHAN
1.   Model Harrod-Domar
Model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar dibangun berdasarkan pengalaman Negara maju. Kesemuanya terutama dialamatkan kepada perekonomian kapitalis maju dan mencoba menelaah persyaratan pertumbuhan mantap (steady growth) dalam perekonomian seperti itu.
persyaratan pertumbuhan mantap
        Baik Harrod maupun Domar tertarik untuk mencari tingkat pertumbuhan pendapatan yang diperlukan bagi kehidupan perekonomian yang berjalan mulus dan tak tersendat-sendat. Kendati model mereka berbeda dalam rincian, namun keduanya nyaris sampai pada kesimpulan yang sama.
        Harrod dan Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan, dan kedua, ia memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Yang pertama dapat disebut sebagai “dampak permintaan” dan yang kedua “dampak penawaran” investasi. Karena itu, selama investasi netto tetap berlangsung, pendapatan nyata dan output akan senantiasa membesar. Namun demikian, untuk mempertahankan tingkat ekuilibrium pendapatan pada pekerjaan penuh dari tahun ke tahun, baik pendapatan nyata maupun output tersebut keduanya harus meningkat dalam laju yang sama pada saat kapasitas produktif modal meningkat. Kalau tidak, setiap perbedaan antara keduanya akan menimbulkan kelebihan kapasitas atau ada kapasitas menganggur (idle). Hal ini memaksa para pengusaha membatasi pengeluaran investasinya sehingga akhirnya akan berpengaruh buruk pada perekonomian yaitu menurunkan pendapatan dan pekerjaan pada periode berikutnya dan menggeser perekonomian keluar jalur ekuilibrium pertumbuhan mantap. Jadi apabila pekerjaan hendak dipertahankan dalam jangka panjang, maka investasi harus senantiasa diperbesar. Ini lebih lanjut memerlukan pertumbuhan pendapatan nyata secara terus-menerus pada tingkat yang cukup untuk menjamin penggunaan kapasitas secara penuh atas stok modal yang sedang tumbuh. Tingkat pertumbuahan pendapatan yang diperlukan ini dapat disebut sebagai “tingkat pertumbuhan terjamin” (warranted rate of growth) atau “tingkat pertumbuhan kapasitas penuh”.
asumsi
        Model yang dibuat oleh Harrod dan Domar didasarkan pada asumsi sebagai berikut:
1)      Ada ekuilibrium awal pendapatan dalam keadaan pekerjaan penuh.
2)      Tidak ada campur tangan pemerintah.
3)      Model ini bekerja pada perekonomian tertutup tanpa perdagangan luar negeri.
4)      Tidak ada kesulitan di dalam penyesuaian antara investasi dan penciptaan kapasitas produktif.
5)      Kecendrungan menabung rata-rata sama dengan kecendrungan menabung marginal.
6)      Kecendrungan menabung marginal tetap konstan.
7)      Koefisien modal, yaitu rasio stok modal terhadap pendapatan, diasumsikan tetap (fixed)
8)      Tidak ada penyusutan barang modal yang diasumsikan memiliki daya pakai seumur hidup.
9)      Tabungan dan investasi berkaitan dengan pendapatan tahun yang sama.
10)  Tingkat harga umum konstan, yaitu upah uang sama dengan pendapatan nyata.
11)  Tidak ada perubahan tingkat suku bunga.
12)  Ada proporsi yang tetap antara modal dan buruh dalam proses produksi.
13)  Modal tetap dan modal lancer disatukan menjadi modal.
Terakhir, di dalam perekonomian itu hanya terdapat satu jenis produk. Kesemua asumsi ini tidak penting bagi kesimpulan akhir permasalahannya, namun dimaksudkan untuk menyederhanakan analisanya.
1.      model domar
     Domar membangun modelnya di sekitar pertanyaan berikut: karena investasi ini di satu pihak menghasilkan pendapatan dan di pihak lain menaikkan kapasitas produktif, maka pada laju berapakah investasi harus meningkat agar kenaikan pendapatan sama dengan kenaikan di dalam kapasitas produktif, sehingga pekerjaan penuh dapat dipertahankan?
      Ia menjawab pertanyaan ini dengan mempererat kaitan antara penawaran agregat dengan permintaan agregat melalui investasi. Kenaikan kapasitas produksi. Domar menjelaskan sisi penawaran tersebut sebagai berikut. Kita anggap laju investasi tahunan adalah I, dan kapasitas produksi tahunan per dolar modal yang baru ditanam rata-rata sama dengan s (yang menggambarkan rasio kenaikan pendapatan nyata atau output terhadap kenaikan modal output marginal). Jadi kapasitas produktif dolar I yang diinvestasikan adalah I.s dollar per tahun.
      Tetapi sebagian investasi baru akan mengorbankan investasi lama. Karena itu investasi baru akan bersaing dengan investasi lama di pasar tenaga buruh dan faktor-faktor produksi lain. Alhasil, output pabrik lama akan berkurang dan kenaikan output tahunan (kapasitas produksi) dari perekonomian akan sedikit lebih kecil daripada I.s. ini dapat dinyatakan sebagai Iσ, di mana σ (sigma) menggambarkan potensi netto produktivitas rata-rata sosial dari investasi (=Δ/I). Oleh karena itu Iσ lebih kecil daripada I.s. Iσ merupakan jumlah netto potensi kenaikan output perekonomian tersebut, yang dikenal sebagai efek-sigma. Dalam kata-kata Domar, “inilah yang merupakan kenaikan output yang dapat dihailkan oleh perekonomian itu”,”inilah yang merupakan sisi penawaran dalam sistem kami.”
      Kenaikan yang Diperlukan Dalam Permintaan Agregat. Sisi permintaan dalam sistem Domar dijelaskan dengan pengali (multiplier) Keynesian. Misalkan kenaikan rata-rata pendapatan kita nyatakan dengan ΔY dan kenaikan dalam investasi dengan ΔI dan kecendrungan menabung dengan α (alpha) (=ΔS/ ΔY). Maka kenaikan pendapatan itu akan sama dengan multiplikator (1/α) kali kenaikan dalam investasi.

ΔY= ΔI
           
      Ekuilibrium. Untuk mempertahankan tingkat ekuilibrium pendapatan pada pekerjaan penuh, permintaan agregat harus sama dengan penawaran agregat. Dengan ini kita sampai pada persamaan dasar model tersebut:

                                                ΔI  = Iσ

Dengan membagi kedua ruas persamaan dengan I dan mengalikannya dengan α kita mendapatkan:

                                                 = ασ

Persamaan ini menunjukkan bahwa untuk memeprtahankan pekerjaan penuh laju pertumbuhan investasi autonomous netto (ΔI/I) harus sama dengan ασ (MPS kali produktivitas modal). Inilah batas kecepatan laju investasi yang diperlukan untuk menjamin penggunaan kapasitas potensial dalam rangka mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang mantap pada keaadaan pekerjaan penuh. Domar memberikan contoh angka untuk menjelaskan hal ini: σ=25 persen pertahun, α=12 persen dan Y=150 milyar dolar per tahun. Jika pekerjaan penuh hendak dipertahankan maka jumlah investasi yang harus ditanam ialah sebesar 150 X  = 18 milyar dolar. Jumlah ini akan menaikkan kapasitas produksi sebesar jumlah yang diinvestasikan tersebut kali σ, yaitu 150 X  X  = 4,5 milyar dolar, dan pendapatan nasioanal akan naik sebesar itu pula. Tetapi kenaikan relative pendapatan akan sama dengan kenaikan absolut dibagi pendapatan itu sendiri, yaitu:


      Jadi untuk mempertahankan pekerjaan penuh, pendapatan harus naik dengan laju 3 persen per tahun. Inilah yang merupakan laju ekuilibrium pertumbuhan. Setiap perbedaan dari “lintasan emas” (golden path) ini akan membawa kepada fluktuasi siklis. Bila ΔI/I lebih besar daripada ασ, perekonomian akan mengalami boom dan jika ΔI/I lebih kecil daripada ασ, perekonomian itu akan mengalami depresi.
2.      model harrod
      Prof. R.F. Harrod mencoba menunjukkan dalam modelnya bagaimana pertunbuhan mantap (yaitu ekuilibrium) dapat terjadi dalam perekonomian. Sekali laju pertumbuhan mantap itu terganggu dan perekonomian jatuh ke dalam dis-ekuilibrium, kekeuatan-kekuatan kumulatif cenderung mengabaikan perbedaan tersebut yang selanjutnya akan membawanya ke deflasi jangka panjang atau inflasi jangka panjang.
      Model Harrod didasarkan pada 3 macam laju pertumbuhan. Pertama, laju pertumbuhan aktual, dinyatakan dengan G, yang ditentukan oleh rasio tabungan dan rasio modal-outpout. Laju ini menunjukkan variasi siklis jangka pendek dalam laju pertumbuahan. Kedua, laju pertumbuhan terjamin, yang dinyatakan dengan Gw, yang merupakan laju pertumbuhan pendapatan kapasitas penuh suatu perekonomian. Terakhir, laju pertumbuhan alamiah (natural growth rate), dinyatakan dengan Gn, yang oleh Harrod dianggap sebagai “optimum kesejahteraan”. Ia dapat juga disebut sebagai laju pertumbuhan potensial atau laju pertumbuhan pekerjaan penuh.
      Laju pertumbuhan aktual. Di dalam model Harrod persamaan dasarnya yang pertama ialah:
                                                GC = S
di mana G merupakan laju pertumbuhan output dalam periode waktu tertentu dan dapat dinyatakan sebagai ΔY/Y; C adalah tambahan netto terhadap modal yang didefinisikan sebagai rasio investasi terhadap kenaikan pendapatan, yaitu I/ΔY; dan S adalah kecenderungan menabung rata-rata yaitu S/Y. Dengan memasukkan rasio-rasio ini ke dalam persamaan di atas kita peroleh:

           

Persamaan ini hanyalah pernyataan kembali kebenaran bahwa tabungan expost (aktual, terealisasi) sama dengan investasi expost.
Hubungan di atas terungkap lewat perilaku pendapatan. Sementara S tergantung Y,I tergantung pada tambahan pendapatan (ΔY), yang terakhir tidak lain adalah prinsip percepatan (akselerasi).
Laju pertumbuhan terjamin. Laju pertumbuhan terjamin, menurut Harrod, adalah laju pertumbuhan “di mana para produsen merasa puas atas apa yang dikerjakan”. Ia merupakan “ekuilibrium usaha; ia merupakan garis kemajuan yang apabila tercapai akan memuaskan para penerima laba bahwa merekaa telah melakukan sesuatu yang benar”. Jadi laju pertumbuhan ini terutama berkaitan dengan tingkah-laku para pengusaha. Pada laju pertumbuhan terjamin ini, permintaan dianggap cukup tinggi oleh para pengusaha untuk menjual apa yang ia produksi dan mereka akan terus memproduksi dengan persentase laju pertumbuhan yang sama. Dengan demikian ia merupakan lintasan di mana penawaran dan permintaan barang dan jasa akan tetap berada dalam ekuilibrium, berdasarkan kecenderungan menabung tertentu. Persamaan untuk laju terjamin adalah:
                                    Gw Cr = s                                          …………..(2)
di mana Gw merupakan “laju pertumbuhan terjamin” atau laju pertumbuhan pendapatan dalam kapasitas penuh yang akan sepenuhnya memanfaatkan stok modal yang sedang membengkak sehingga memuaskan para pengusaha atas jumlah investasi yang mereka tanam. Jadi, Gw dalam hal ini adalah nilai ΔY/Y. Cr, atau modal yang dibutuhkan, menunjukkan jumlah modal yang diperlukan untuk mempertahankan laju pertumbuhan terjamin tersebut yaitu rasio modal-outputyang diperlukan. D.K.C. Cr adalah nilai dari I/ΔY, atau C; s adalah sama dengan s dalam persamaan pertama yaitu S/Y.
      Asal-muasal Disekuilibrium Jangka Panjang. Bagi pertumbuhan ekuilibrium pekerjaan penuh, laju pertumbuhan aktual G harus menyamai Gw yaitu laju pertumbuhan terjamin yang akan memberikan kemajuan mantap kepada perekonomian tersebut, dan C (barang modal aktual) harus menyamai Cr (barang modal yang diperlukan bagi pertumbuhan mantap).
      Jika G dan Gw tidak sama, perekonomian akan berada dalam disekuilibrium. Misalnya, jika G melebihi Gw maka C akan lebih kecil daripada Cr. Apabila G > Gw, timbul kelangkaan. G Akan terjadi kekurangan barang di pasaran dan atau kekurangan peralatan”. Situasi semacam ini membawa ke arah inflasi jangka panjang sebab pendapatan aktual berkembang dalam laju yang lebih cepat daripada yang dimungkinkan oleh pertumbuhan kapasitas produktif perekonomiannya. Ini akan lebih lanjut membawa ke arah kekurangan barang modal (C < Cr). Dalam situasi seperti ini Cr, investasi yang diinginkan (direncanakan, dimaksudkan atau ex-ante), akan lebih besar daripada C, investasi yang terlaksana (expost), dan produksi akan mengalami kekurangan permintaan agregat. Dengan demikian akan terjadi inflasi kronis.
      Harrod menyatakan bahwa sekali G menyimpang dari Gw ia akan menyimpang keluar semakin jauh dari ekuilibrium. Ia menulis: “Di sekitar garis kemajuan itu, yang jika ditempuh akan memberikan kepuasan, bekerja gaya sentrifugal, yang menyebabkan sistem tersebut akan menyimpang semakin jauh dari garis kemajuan yang diperlukan. Jadi keseimbangan antara G dan Gw adalah ekuilibrium sempurna. Ini berarti bahwa salah-satu tugas pokok kebijaksanaan pemerintahan adalah mengusahakan agar G dan Gw berjalan bersama-sama dalam rangka mempethankan stabilitas jangka panjang. Untuk maksud ini, Harrod memperkenalkan konsepnya yang ketiga mengenai laju pertumbuhan alamiah.
      Laju pertumbuaha alamiah. Laju pertumbuhan alamiah “adalah laju kemajuan di mana pertambahan penduduk dan perbaikan teknologi berjalan lamban”. Laju ini tergantung pada variable-variabel makro seperti penduduk, teknologi, sumber alam dan peralatan modal. Dengan kata lain, ia merupakan laju pertambahan output dalam pekerjaan penuh yang ditentukan oleh laju pertambahan penduduk dan laju kemajuan teknologi. Persamaan untuk laju pertumbuhan alamiah adalah:


                                                Gn.Cr = atau ≠ S
Gn adalah apa yang disebut laju pertumbuhan pekerjaan penuh atau alamiah tersebut di atas.
Perbedaan antara G, Gw dan Gn
      Sekarang bagi pertumbuhan ekuilibrium pekerjaan penuh Gn=Gw=G. tetapi kesimbangan ini merupakan “keseimbangan sempurna”. Karena, sekali timbul perbedaan antara laju pertumbuhan alamiah, terjamin dan aktual, akan tercipta kondisi stagnasi atau inflasi jangka panjang. Jika G>Gw, investasi meningkat lebih cepat daripada tabungan, dan pendapatan naik lebih cepat daripada Gw. Apabila G < Gw, tabungan naik lebih cepat daripada investasi dan kenaikan pendapatan lebih kecil daripada Gw.  Jadi Harrod menunjukkan bahwa jika Gw>Gn stagnasi sekuler akan terjadi. Dalam situasi seperti itu Gw juga lebih besar daripada G sebab batas-batas laju alamiah.
      Ketidakstabilan dalam model Harrod merupakan akibat dari kekerasan asumsi-asumsi dasarnya yang menganggap fungsi produksi penduduk tetap, rasio tabungan tetap, dan laju pertumbuhan tenaga kerja tetap. Para ahli ekonomi mencoba memperbaiki ketegaran ini dengan memungkinkan penggantian modal dengan buruh, dengan memuat rasio tabungan sebagai fungsi tingkat keuntungan dan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai variabel dalam proses pertumbuhan tersebut.
      Implikasi dari model tesebut adalah bahwa tabungan merupakan hal yang baik di dalam setiap perekonomian jurang inflasioner dan hal yang buruk di dalam perekonomian jurang deflasioner. Dengan demikian, di dalam perekonomian suatu Negara maju, s harus digeser ke atas atau ke bawah jika situasi menghendaki.

kajian perbandingan kedua model tersebut
Titik-Persamaan
Model Domar

σ =                     ΔI x  = Iσ

α =                     = ΔI x  = I x

                         = I x

atau                      ΔI x ΔY = ΔS x ΔY
atau                               ΔI = ΔS

Model Harrod

GC = s                                          G =

=  x  =                                  C =

=  x  =

=  =                            s =

atau I x ΔY = S x ΔY
atau I = S
Titik-Perbedaan
Namun demikian ada beberapa perbedaan penting di dalam kedua model tersebut di atas:
1)   Domar menganggap investasi memegang peranan kunci di dalam proses pertumbuhan dan memberikan tekanan pada ciri gandanya. Tetapi Harrod menganggap tingkat pendapatan sebagai faktor paling penting di dalam proses pertumbuhan tersebut. Sementara Domar menjalin hubungan antara penawaran dan permintaan investasi, Harrod, di pihak lain, menyamakan permintaan dan penawaran tabungan.
2)   Model Domar hanya didasarkan pada satu laju pertumbuhan, r = ασ. Tetapi Harrod menggunakan tiga laju pertumbuhan yang berbeda-beda: laju actual (G), laju terjamin (Gw) dan laju natural (Gn).
3)   Domar mempergunakan kebalikan dari rasio moda-output marginal, sedang Harrod mempergunakan rasio modal-output marginal. Dalam hal ini σ dalam Domar = 1/Cr dalam Harrod.
4)   Domar menggunakan-multiplikator (pengali) tetapi Harrod menggunakan akselerator (pemacu) yang dalam hal ini tidak dibicarakan oleh Domar.
5)   Identitas formal dari persamaan Gw dalam Harrod dari persamaan Domar dipertahankan oleh asumsi Domar bahwa ΔI = ΔY/Y. Tetapi Harrod tidak membuat asumsi seperti itu. Di dalam persamaan ekuilibrium Gw Harrod, tersirat atau tersurat, tidak mengacu kepada ΔI atau I. Tetapi dalam persamaan dasarnya G = s/C ia justru mengacu pada I, karena C didefinisikan sebagai I/ΔY. Tetapi Harrod sama sekali tidak menyebut-nyebut ΔI dalam modelnya, baik tersurat maupun tersirat.
6)   Bagi Harrod siklus bisnis merupakan bagian integral lintasan pembangunan dan bagi Domar tidak demikian halnya tetapi diakomodasikan dalam modelnya dengan membiarkan σ (produktivitas rata-rata investasi) berfluktuasi.
keterbatasan model ini
         Sebagian dari kesimpulan yang dapat ditarik tergantung pada asumsi-asumsi pokok yang dibuat Harrod dan Domar, yang menyebabkan model-model ini menjadi tidak realistik.
1)   Kecendrungan menabung dan rasio modal-output adalah titik konstan.
2)   Buruh dan modal tak dapat dipergunakan dalam proporsi tetap.
3)   Harga tidak akan tetap konstan.
4)   Tingkat suku bunga berubah.
5)   Program pemerintah tak dapat diabaikan.
6)   Perilaku wiraswasta tak dapat diabaikan.
7)   Kegagalan membedakan barang modal dengan barang konsumen.
8)   Menurut Profesor Rose, sumber utama ketidakstabilan dalam sistem Harrod terletak pada akibat ekses permintaan atau penawaran dalam keputusan produksi dan tidak pada akibat langkanya modal atau berlebihnya keputusan investasi.
penerapan model harrod-domar pada negara terbelakang
      Model Harrod-Domar, yang didasarkan pada asumsi-asumsi tidak yang realistis, tidak banyak memiliki nilai praktis bagi Negara-negara terbelakang. Professor Hirschman oleh karena itu menyarankan agar “ilmu ekonomi pembangunan, seperti negara-negara maju itu sendiri, harus belajar berjalan di atas kaki sendiri, harus belajar berjalan di atas kaki sendiri, yaitu ia harus menyusun abstraksi itu sendiri.
         Tetapi Profesor Kurihara berpendapat bahwa kendati “implikasi kebijaksanaannya bagi Negara terbelakang sangat bertentangan dengan yang diharapkan,” namun “model-model pertumbuhan ini mengandung pelajaran positif bagi perekonomian terbelakang bahwa Negara seyogyanya dimungkinkan tidak saja untuk memainkan peranan stabilisasi tetapi juga peranan pembangunan, jika perekonomian hendak melaksanakan industrialisasi lebih cepat dan efektif daripada yang dilaksanakan oleh perekonomian maju sekarang ini di bawah keadaan liberalisme pasar bebas.” Ia lebih jauh berpendapat bahwa mengingat sifat universalnya rasio tabungan-pendapatan dan rasio modal-keluaran (atau timbale baliknya) sebagai variable-variabel strategis yang dapat diukur, mekanisme pertumbuhan yang diperbincangkan Harrod dan Domar itu dapat diterapkan pada semua sistem perekonomian, kendati dengan beberapa modifikasi. Itulah sebabnya mengapa model-model pertumbuhan ini dapat diterapkan di Negara-negara terbelakang yang menganut teknik perencanaan dengan “pertumbuhan berimbang” kerena dengan teknik ini rasio tabungan-pendapatan dan rasio modal-keluaran tetap konstan selama periode rencana tersebut.
2.   Model Distribusi Menurut Kaldor
model
        Dengan Sw sebagai keseluruhan tabungan yang disisihkan dari upah, dan Sp sebagai keseluruhan tabungan dari keuntungan, kita peroleh:
                        Y = W + P
Tetapi                    I  = S
Dan                        S = Sw + Sp
        Karena investasi adalah tertentu (given) dan dengan mengasumsikan fungsi-fungsi tabungan proporsional sederhana, yaitu:
Sw = SwW dan Sp          = spP, kita peroleh persamaan:
I    = spP + swW              = spP + sw (Y – P) karena W sama dengan Y-P
                                    = spP + swY – swP
                                    = (sp-sw) P + swY
Dari rasio investasi terhadap pendapatan nasional
           
             = , atau  = (sp – sw)  + sw

dan dari (1) rasio keuntungan terhadap pendapatan nasional,  dapat diperoleh dengan cara di bawah ini:
         
(sp-sw)  =  - sw
       
         =

3.   Model Akumulasi Modal Joan Robinson
        Pendapatan nasioanal netto di dalam model Robinson adalah jumlah rekening upah total plus keuntungan total, yang dapat dinyatakan sebagai:
                       
                                    Y = wN + pK

di mana Y adalah pendapatan nasional netto, w tingkat upah nyata, N jumlah buruh yang dipekerjakan, p tingkat keuntungan dan K jumlah modal. Di sini Y adalah fungsi N dan K. karena tingkat keuntungan amatlah penting di dalam teori akumulasi modal, hal itu dapat dinyatakan sebagai:

                                    p =

dibagi dengan N, p         =

dengan mengganti U/N = 1 dan K/N = θ (theta), kita peroleh

                                    p =
jadi tingkat keuntungan adala rasio antara produktivitas buruh minus rekening upah nyata total terhadap jumlah modal yang dipergunakan untuk setiap unit buruh. Dengan kata lain, tingkat keuntungan (p) tergantung pada pendapatan (Y), produktivitas buruh (1), tingkat upah nyata (w) dan rasio modal buruh (θ).
        Pada sisi pengeluaran (expenditure), pendapatan nasional netto (Y) sama dengan pengeluaran konsumsi (C) plus pengeluaran investasi (I),

                                    Y = C + I

        Karena Joan Robinson mengasumsikan bahwa tabungan dari upah adalah nol dan hanya pengusaha yang menabung, keuntungan diartikan untuk investasi saja, maka kita peroleh:

                                    S = I

            Hubungan tabungan-investasi ini dapat dinyatakan sebagai:
                                    S = pK
Dan                                    I  = ΔK                       [ΔK adalah kenaikan dalam modal nyata]
                                  pK = ΔK
                                                            [S = I]
Atau                                                           p =  =

4.   Model Pertumbuhan Ekonomi Neo-Klasik Meade
model meade
        Di dalam perekonomian, output bersih diproduksi tergantung pada empat faktor:
        i.            Stok mg teodal netto yang tersedia dalam bentuk mesin;
     ii.            Jumlah tenaga buruh yang tersedia;
   iii.            Tanah dan sumber alam yang tersedia; dan
   iv.            Keadaan pengetahuan teknik yang terus membaik sepanjang waktu.
Hubungan ini dinyatakan dalam bentuk fungsi produksi sebagai berikut:

                        Y = F (K, I, N, t)

di mana Y adalah output netto atau pendapatan nasional netto, K stok modal (mesin) yang ada, I, tenaga kerja, N tanah dan sumber alam dan t adalah waktu yang menandakan kemajuan teknik.
        Misalkan jumlah tanah dan sumber alam tetap, output netto dapat meningkat setiap tahun dengan adanya pertumbuhan dalam K,I, dan t. Hubungan ini ditunjukkan sebagai;

                                    ΔY = VΔK + WΔL + ΔY

di mana Δ menunjukkan kenaikan, V adalah marginal dari modal, W produk marginal dari buruh dan Y dipergunakan sebagai pengganti t. Jadi kenaikan laju output netto tahunan (ΔY) adalah sama dengan kenaikan stok mesin (ΔK) dikalikan produk marginalnya (V) ditambah kenaikan jumlah buruh (ΔL) dikalikan produk marginalnya (W) plus kenaikan laju output tahunan akibat kemajuan teknik saja (ΔY).” Laju pertumbuhan output tahunan proporsional adalah:
           
                                     =                   +        +

di mana ΔY/Y adalah laju pertumbuhan output proporsional, ΔK/K laju pertumbuhan stok modal proporsional, ΔL/L laju pertumbuhan tenaga buruh proporsional dan ΔY/Y laju pertumbuhan proporsional kemajuan teknik selama satu tahun.


5.   Model Pertumbuhan Jangka Panjang Solow
model solow
        Solow menganggap output di dalam perekonomian sebagai satu keseluruhan, sebagai satu-satunya komoditi. Laju produksi tahunannya dinyatakan sebagai Y (t) yang menggambarkan pendapatan nyata masyarakat, sebagian daripadanya dikonsumsikan dan sisanya ditabung dan diinvestasikan. Bagian yang ditabung s, adalah konstan, dan laju tabungan adalah  sY(t). K(t) adalah stok modal. Jadi investasi netto adalah laju kenaikan stok modal ini, yaitu dk/dt atau K. Dengan demikian persamaan pokoknya ialah:
                                    K = sY                                                            …………(1)
        Karena output diproduksi dengan menggunakan modal dan buruh, maka kemungkinan teknologi dinyatakan dengan fungsi produksi:
                                                                                                  
                                    y = F (K.L)                                                                 ……(2)

yang menunjukkan returns to scale yang konstan.
        Dengan memasukkan persamaan yang kedua di atas pada persamaan pertama kita peroleh:

                                    K = sF (K,L)                                                               ……(3)
        Di dalam persamaan tersebut, L menggambarkan keseluruhan pekerjaan (total employment).
        Karena penduduk berkembang secara eksogen, tenaga meningkat dalam laju n yang relatif konstan. Jadi,
                                    L (t) = Loent                                                                                      ………(4)
           
        Solow menganggap n seperti laju pertumbuhan alamiahnya Harrod dalam ketiadaan perubahan teknologi; dan L(t) sebagai penawaran buruh yang tersedia dalam waktu t. Ruas kanan persamaan (4) menunjukkan laju gabungan pertumbuhan tenaga buruh dari periode o ke t. Persamaan (4) secara alternatif dapat dianggap sebagai kurva penawaran buruh. “Dikatakan bahwa tenaga buruh yang tumbuh secara eksponensial memberikan kesempatan bagi pekerjaan secara in-elastis penuh. Kurva penawaran buruh merupakan garis vertikal yang bergeser ke kanan pada waktu tenaga buruh tumbuh     sesuai dengan (4). Kemudian tingkat upah nyata menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga semuah buruh yang ada terpakai, dan persamaan produktivitas marginal menentukan tingkat upah yang benar-benar akan berlaku”.
        Dengan memasukkan persamaan (4) ke dalam (3), Solow memberikan persamaan dasar:
                                                                        K = sF (K,Loent)
Ia menganggap persamaan dasar ini sebagai menentukan jalur waktu dari akumulasi modal, K, yang harus diikuti kalau semua buruh yang tersedia hendak sepenuhnya terpakai. Persamaan ini menggambarkan sosok waktu stok modal dalam masyarakat yang akan menyerap buruh yang tersedia. Sekali jalur waktu (time path) dari stok modal dan tenaga buruh itu dapat diketahui, maka jalur waktu dari output-nyata dapat dihitung dari fungsi produksinya. Jalur-waktu upah nyata tersebut ditentukan oleh persamaan produktivitas marginal.
        Professor Solow menyimpulkan proses pertumbuhan itu begini: “Pada setiap saat penawaran buruh yang ada digambarkan oleh persamaan (4) dan stok modal yang ada juga merupakan suatu data. Karena hasil nyata yang akan diperoleh dari faktor-faktor akan menyesuaikan diri supaya buruh dan modal dapat dipergunakan secara penuh maka kita dapat memakai fungsi produksi persamaan (2) untuk mencari tingkat output saat ini. Selanjutnya, kecendrungan menabung menunjukkan kepada kita berapa banyak output netto yang akan ditabung dan diinvestasikan. Dengan demikian kita dapat mengetahui berapa besar akumulasi modal netto pada saat ini. Dengan menambahkannya pada stok yang telah terkumpul, maka tersedialah modal untuk jangka waktu berikutnya, dan keseluruhan proses itu dapat diulang”
6.   Model Pertumbuhan Kaldor
cara kerja model ini
            Model ini bekerja dalam dua tahap:

A.       Penduduk yang bekerja konstan
          i.     Fungsi tabungan
S1 = αP1 + β (Y1 – P1)                                                            ………(1)
            di mana         1 > α > β ≥ 0
di dalam persamaan (1), tabungan (St) terdiri dari tabungan (α) yang berasal dari keuntungan (P1) dan tabungan (β) yang berasal dari upah (Yt – Pt) pada periode T. Ketidaksamaan 1>α>β≥0 menunjukkan bahwa α dan β terletak di antara 0 dan 1, dan bahwa α (tabungan yang berasal dari keuntungan) adalah lebih besar daripada β (tabungan yang berasal dari upah).



   ii.          Fungsi investasi
Kt = α΄Yt-1 + β (   ) Yt-1                                             ……..(2)
It   = Kt+1 - Kt
Di mana                α > 0 dan β΄ > 0
Persamaan (2) menunjukkan bahwa stok modal (Kt) pada saat T adalah koefisien α output periode sebelumnya (Yt-1) dan koefisien β’ adalah tingkat keuntungan atas modal pada periode  persamaan 2.1 menunjukkan fungsi investasi di mana investasi pada periode t sama dengan stok modal pada periode berikutnya (Kt=2) dikurangi stok modal pada periode sekarang (Kt). Ketidaksamaan α΄>0 dan, β΄>0 mengungkapkan bahwa nilai koefisien α΄ dan, β΄ adalah lebih besar daripada nol.
B.   Penduduk yang Membengkak
Dengan meninggalkan asumsi bahwa penduduk yang bekerja bersifat konstan, Kaldor mengkaji hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pendapatan. Berangkat dari pendapat Malthus bahwa laju perrtumbuhan penduduk merupakan fungsi dari laju kenaikan bahan makanan, Kaldor beranggapan bahwa (a) “untuk suatu tingkat kesuburan tertentu, laju persentase pertumbuhan tidak dapat melebihi suatu batas minimum tertentu berapapun naiknya pendapatan nyata”, dan (b) “laju pertumbuhan penduduk akan meningkat secara perlahan (moderat) sebagai fungsi laju pertumbuhan pendapatan pada beberapa interval dari yang disebut terakhir ini sebelum maksimum itu tercapai”.
Berdasarkan asumsi ini, hubungan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pendapatan oleh Kaldor dinyatakan secara aljabar sebagai berikut:
                        It  = gt   (g )
dan                         It =     (gt > )
di mana It adalah laju persentase pertumbuhan penduduk, gt ialah laju persentase pertumbuhan pendapatan, dan  adalah laju maksimum pertumbuhan penduduk. Jika gt <  dan juga It < , laju pertumbuhan pendapatan dan penduduk akan terus naik sampai laju pertumbuhan penduduk sama dengan .
7.   Model Perubahan Teknikal
Perubahan teknikal tak berwujud. Pada 1956 Abramovitz menulis makalah yang pertama sekali, yang diikuti oleh Kendrick dan Solow, dalam upaya mengukur sumbangan perubahan teknik kepada pertumbuhan ekonomi. Mereka menganggap perubahan teknik sebagai “tak berwujud”. Perubahan teknik tak berwujud adalah murni bersifat organisasi yang memungkinkan diproduksi lebih banyak output dengan input yang sama, tanpa investasi baru apapun. Perubahan teknik tidak berwujud mengacu pada setiap pergeseran fungsi produksi yang dalam jangka panjang tidak menimbulkan gangguan pada keseimbangan antara modal dan buruh. Fungsi produksi untuk perubahan teknik seperti itu adalah:
                        Q = F (K, L, t)
di mana Q menggambarkan output, K dan L masing-masing menunjukkan input modal dan buruh, dan t menggambarkan perubahan teknik.
        Dengan mengambil perubahan teknik netral-Hicks sebagai dasar, Solow merumuskan fungsi produksi tersebut dalam bentuk khusus sebagai:
                                    Q = A (t) F (K, L),
di mana A(t) merupakan indeks perubahan teknik atau menggambarkan dampak kumulatif perubahan sepanjang waktu. “Fungsi produksi semacam itu mengandung arti bahwa kemajuan teknik adalah bersifat organisasional dalam arti bahwa dampaknya pada produktivitas tidak memerlukan perubahan apapun dalam jumlah input.  Input yang ada disempurnakan atau dipergunakan dengan lebih efektif.
8.   Pertumbuhan Mantap
makna
        Konsep “pertumbuhan mantap” (steady-state growth) adalah pasangan dari ekuilibrium jangka panjang dalam teori statik. Ia cocok dengan konsep keseimbangan dinamis. Di dalam “pertumbuhan mantap” semua variable seperti output; penduduk, stok modal, tabungan, investasi dan kemajuan teknologi, masing-masing tumbuh secara konstan atau pada laju yang lurus secara eksponensial.
        Pada 1958, Professor Kaldor menyimpulkan adanya enam faktor yang telah membawa kearah pertumbuhan Negara-negara industri maju. Keeenam faktor ini ia sebut sebagai “fakta khas” yang harus dijelaskan oleh suatu model pertumbuhan. Keenam faktor itu adalah:
1)   Laju pertumbuhan output nyata per jam-orang cukup konstan selama periode jangka panjang. Dengan kata lain, laju pertumbuhan output dan input buruh tetap konstan sepanjang waktu.
2)   Laju pertumbuhan stok moal cukup konstan tetapi lebih besar daripada laju pertumbuhan tenaga kerja. Dengan demikian rasio-modal buruh meningkat sepanjang waktu.
3)   Laju pertumbuhan stok modal dan laju pertumbuhan output nyata adalah hampir sama. Jadi rasio-modal output tetap dan tidak menunjukkan kecenderungan yang pasti sepanjang waktu.
4)   Tingkat keuntungan, yang didefinisikan sebagai rasio keuntungan (P) terhadap stok modal (K), cukup konstan dalam jangka panjang. Dengan rasio modal-output yang konstan, berarti sumbangan buruh dan modal di dalam out put nasional relatif konstan.
5)   Laju pertumbuhan output per orang dapat berubah secara mencolok dari satu Negara ke Negara lainnya.
6)   Perekonomian yang peranan keuntungan di dalam pendapatannya besar cenderung memiliki rasio investasi yang tinggi terhadap output.



9.   Model Fel’dman
model
        Fel’dman mendasarkan modelnya tentang pembagian keseluruhan output suatu perekonomian (W) menjadi kategori 1 dan kategori 2 pada teori Marxis. Yang disebut pertama berkaitan dengan barang modal, baik dalam arti barang produksi maupun barang konsumsi, sedang kategori yang kedua berkaitan dengan semua barang konsumsi termasuk bahan mentah. Produksi masiing-masing kategori dinyatakan sebagai jumlah dari modal konstan (c), modal variable (upah), V, dan nilai lebih S, yang dapat dirumuskan sebagai:
                                    W1         = C1 + V1 + S1
                                                + W2    = C2 + V2 + S2
                                    W        = C + V + S
        “Pembagian perekonomian menjadi dua kategori adalah tuntas, dalam arti tidak ada modal yang dapat ditransfer dari yang satu ke yang lainnya. Jadi laju investasi ditentukan secara ketat oleh koefisien modal dan stok modal dalam ketegori 1. Begitu juga output konsumsi ditentukan oleh stok modal dan koefisien modal di dalam kategori 2. Akan tetapi pembagian investasi total (yaitu pembagian output dari kategori 1) antara kedua kategori itu sangat fleksibel. Bahkan bagian investasi total yang dialokasikan kepada kategori 1 merupakan variable kunci bagi model ini.

10.  Model mahalanobis
a.   Model dua sektor
Mahalanobis membagi perekonomian menjadi dua sektor: , proporsi investasi netto yang dipergunakan didalam sektor barang modal dan , proporsi investasi netto yang dipergunakan dalam sektor barang konsumen
+  = 1                                                              ………(1)
Lebih jauh, investasi netto (1) dapat dibagi menjadi dua bagian di sembarang waktu (t):   untuk menaikkan kapasitas produksi sektor barang modal dan   untuk menaikkan kapasitas produksi sektor barang konsumsi. Dengan jalan ini maka
      +                                                        ………(2)
Dengan βdan βc masing-masing sebagai rasio output – modal dari sektor barang modal dan dari sektor barang konsumsi dan β sebagai koefisien produktivitas total, yang terakhir itu dapat dinyatakan sebagai
β  =  
tetapi +   = 1
jadi β = βk  + βc                                        ……..(3)
persamaan penunjuk pendapatan bagi keseluruhan perekonomian ialah
 =   + 
Model-model Pertumbuhan Dalam Perencanaan Pembangunan India (Contoh Aplikasi)
model repelita pertama
   Model Repelita pertama yang dimulai 1952 didasarkan pada, penerapan model pertumbuhan Harrod-Domar:
                                    ΔI  = Iσ
Di mana I menyatakan tingkat investasi tahunan, θ potensi produktivitas sosial investasi, α kecenderungan marginal menabung dan ΔI kenaikan investasi.
   Model tersebut tidak dituangkan secara eksplisit tetapi secara implisit dalam bentuk angka-angka pada rencana pendahuluan dalam dokumen Repelita Pertama. Persamaan dasar yang kemudian digunakan oleh para ahli ekonomi adalah
                                    It = St                                                                                                   ……(1)
                                    St = aYt – b                                                                 ……(2)
                                    Yt= αKt                                                                                              ……(3)
                                                It = Kt                                                                                                  ……(4)
Di mana I adalah investasi dalam periode t, St adalah tabungan, Yt adalah pendapatan dan Kt adalah stok modal dalam periode yang bersangkutan. Tidak seperti model Harrod-Domar di mana MPS = APS, hubungan di antara keduanya ditunjukkan dengan persamaan (2). Alpha (α) adalah rasio modal output. Berdasarkan hubungan ini proses pertumbuhan dinyatakan dengan persamaan:
                                    Kt = (K0 – b/aα)eaαt + b/aα
Di mana aα adalah laju relatif asiomtotik pertumbuhan sistem tersebut.
model repelita kedua
                        Yt = Y0 [1 + α0         (1+ βk)t – 1 ]       
Yt            = pendapatan nasional domestik bruto pada tahun t
α0               = laju investasi pada tahun dasar
           = sumbangan investasi bersih (net investment) yang digunakan dalam sektor   barang modal.
           = 1 -    = sumbangan investasi bersih kepada sektor barang konsumsi
βk           = rasio modal-output inkrimental di dalam sektor barang modal
βc                = rasio modal-output inkrimental di dalam sektor barang konsumsi
model repelita ketiga
Repelita ketiga hampir seluruhnya didasarkan pada model pertumbuhan yang sama seperti repelita kedua, tetapi perumusannya mengandung lebih banyak konsistensi antar-indusrti. Model rencana ini menekankan saling ketergantungan antara pertanian dan industri, pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial, pembangunan nasional dan pembangunana regional, dan mobilisasi sumber dalam negeri serta luar negeri. Model ini juga menitiberatkan pada langkah-langkah bagi kemajuan ilmiah dan tekhnologi dan bagi meningkatkan tingkat tingkat produktivitas secara umum, serta pada kebijaksanaan yang menyangkut kependudukan, lapangan kerja dan perubahan sosial.
Model repelita ketiga mengasumsikan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2% per tahun selama periode 1961-1971.
model repelita keempat
Model repelita keempat indiah diciptakan oleh Alan S. Manne, Asok Rudra dan kawan-kawan pada 1965 untuk meletakkan kerangka kerja bagi penetapan sasaran rencana aktual.
Bekerja atas model terbuka, pada hakikatnya kita mengasumsikan bahwa pemerintah memiliki kemampuan keuangan yang cukup sehingg tidak terganggu oleh hubungan umpan balik yang timbul dalam ekonomi pasar sejak dari proses produksi kembali ke distribusi pendapatan, tabungan, dan pengeluaran domestik.

Terima kSih atas kunjungannya... SeMoga, artikel  ini, bermanfaat buat anda semua...


100out of 100 based on 99995 ratings. 1 user reviews.

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog